Pengertian Zhihar ; Menurut Lughot, Syara’ Dan Hukumnya – Masalah tersebut ialah berbahaya jika tidak fahjam. fiqih.co.id akan menguraikannya menganai perihal tersebut secara ringkas.
Dalam uraian kali ini kami mengutipnya dari fiqih yang kecil seperti pembahasan sebelumnya yaitu : “Fathul qoribul Mujib” dalam fasal fi bayani ahkami Zhihar. Untuk lebih terangnya mari kita langsung saja pada poko pembahasan kita kali ini.
Daftar Isi
Pengertian Zhihar ; Menurut Lughot, Syara’ Dan Hukumnya
Dalam perihal zhihar atau dalam tulisan arabnya (الظِّهَارُ), ini mempunyai makna “Punggung” tapi kalau menurut agama itu adalah penyerupaan.
Di bawah ini kita akan jelaskan pengertian menuru bahsa dan syara’ juga Hukumnya. Perihal ini penting untuk dapat kita ketahui bersama dan kita pelajari serta difahammi. Dalam sebuah kitab kecil “Fathul qoribul mujib”.
Telah diteranmgkan khususu dalam satu fasal menerangkan masalah zhihar. Perihal ini juga adalah ada hubungannya dengan uraian sebelumnya yaitu mengenai talak. Nah untuk lebih jelasnya lagi langsung saja kita baca kutipan dari kitab fathul qorib sebagai berikut;
Pengertian Zhihar
Penjelasan tentang hukum zhihar menurut lughot dan menurt syara’ serta hukumnya tertulis dalam fiqih seperti berikut:
فصل): فِيْ بَيَانِ أَحْكَامِ الظِّهَارِ وَهُوَ لُغَةً مَأْخُوْذٌ مِنَ الظَّهْرِ وَشَرْعاً تَشْبِيْهُ الزَّوْجِ زَوْجَتَهُ غَيْرَ الْبَائِنِ بِأُنْثَى لَمْ تَكُنْ حِلًّا لُهُ (وَالظِّهَارُ أَنْ يَقُوْلَ الرَّجُلُ لِزَوْجَتِهِ أَنْتَ عَلَيَّ كَظَهْرِ أُمِّيْ) وَخُصَّ الظَّهْرُ دُوْنَ الْبَطْنِ مَثَلاً، لِأَنَّ الظَّهْرَ مَوْضِعُ الرُّكُوْبِ وَالزَّوْجَةُ مَرْكُوْبُ الزَّوْجِ
Pasal: Menerangkan tentang hukum-hukumnya Zhihar. Adapun kata”Zhihar” =(ظِهَارْ) menurut bahasa adalah diambil dari kata: “Zhahri” yang maknanya “punggung”.
Sedangkan menurut syarak “Zhihar” ialah penyerupaan sang suami kepada isterinya yang bukan berbentuk Talak Ba-in (diserupakan) dengan perempuan yang tidak halal baginya.
Zhihar itu adalah seorang laki-laki (suami) berkata kepada istrinya: “Engkau seperti punggung ibuku”, dan punggunglah yang ditentukan bukan perut misalnya, karena sesungguhnya punggung itu sebagai tempat untuk dinaiki, sedangkan istri itu dinaiki oleh suami.
Penjelasan Uraian Zhihar
Zhihar itu sebenarnya adalah suatu adat pada zaman jahiliyah yaitu bila suami mengucapkan demikian (yakni zhihar) kepada isterinya, maka berarti dia telah mencerai isterinya.
Dengan kata lain zhihar adalah ucapan Talak secara sindiran oleh sang suami kepada isterinya pada zaman jahiliyah.
Setelah Islam datang di tengah-tengah ummat manusia, maka zhihar baru dihukumi terlaksana, manakala diucapkan dengan di sertai niat, yaitu niat sang suami dengan ucapannya itu tidak akan mengumpuli lagi kepada isterinya tetapi jika tidak disertai niat yang seperti itu (yakni niat mentalaknya) maka dhibar tidak dapat terlaksana.
Suami Berkata Zhihar Kepada Istrinya
Bagaimana ketika suami mengatakan zhihar kepada istrinya ini penjelasannya:
فَإِذَا قَالَ لَهَا ذَلِكَ) أَيْ أَنْتَ عَلَيَّ كَظَهْرِ أُمِّيْ (وَلَمْ يُتْبِعْهُ بِالطَّلَاقِ صَارَ عَائِداً) مِنْ زَوْجَتِهِ (وَلَزِمَتْهُ) حِيْنَئِذٍ (الْكَفَارَةُ) وَهِيَ مُرَتَبَةٌ وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ بَيَانَ تَرْتِيْبِهَا فِيْ قَوْلِهِ (وَاْلكَفَارَةُ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ) مُسْلِمَةٍ وَلَوْ بِإِسْلَامِ أَحَدِ أَبَوَيْهَا (سَلِيْمَةٍ مِنَ الْعُيُوْبِ الْمُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ) إِضْرَاراً بَيِّناً
Apabila sang suami berucap kepada isterinya seperti itu , (Engkau bagiku seperti punggung ibuku) dan sang suami tidak mengikutinya dengan Talak, maka si suami menjadi kembali lagi dari istrinya dan wajib baginya ketika itu untuk membayar kafarat Sedangkan kafaratnya Zhihar itu ditertibkan (diurutkan ).
Mushannif menyebutkan keterangan tentang urutan pembayaran kafarat Zhihar di dalam perkataannya, bahwa kafarat (disini ) adalah membebaskan budak yang mukmin (muslim) meskipun mengikuti Islamnya salah satu dari ibu bapaknya, dan yang selamat dari beberapa cacat yang dapat membahayakan mengganggu daya kerja dan usahanya dengan bahaya yang tampak sekali.
Bagaimana jika tidak ditemukan budak mukmin
Dalam hal ini apabila seorang suami telah terlanjur berucap zhihar kepada istrinya kemudian ia tidak mendapatkan budak mukmin yang bisa idmerdekakan untuk bayar kafarat? Berikut ini penjelasannya;
فَإِنْ لَمْ يَجِد) الْمُظَاهِرُ الرَّقَبَةَ الْمُذْكُوْرَةَ بِأَنْ عَجَزَ عَنْهَا حِسًّا أَوْ شَرْعاً (فَصَيِامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ) وَيُعْتَبَرُ الشَّهْرَانِ بِالْهِلَالِ، وَلَوْ نَقَصَ كُلٌّ مِنْهُمَا عَنْ ثَلَاثِيْنَ يَوْماً وَيَكُوْنُ صَوْمُهُمَا بِنِيَّةِ الْكَفَارَةِ مِنَ اللَّيْلِ، وَلَا يُشْتَرَطُ نِيَّةُ تَتَابُعٍ فِيْ الْأَصَحِّ
Jika Muzhahir (yang Zhihar ) tidak dapat menemukan budak tersebut, yaitu sekiranya dia lemah dari hal budak dalam penglihatannya atau segi hukumnya, maka hendaknya berpuasa saja selama dua bulan secara berturu-turut.
Dua bulan itu dihitung dengan penanggalan bulan, meskipun masing-masing dari dua bulan, tersebut kurang dari 30 hari. Dan didalam mangerjakan puasa dua bulan itu disertai niyat membayar kafarat sejak waktu malam, tidak disyaratkan niyat berturut-turut mrnurut pendapat yang lebih sah.
Jika tidak mampu puasa 2 bulan berturut-turut
Apabila yang semestunya ia berpuasa dua bulan berturut-turut tapi ga mampu, maka ini penjelasannya;
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ) الْمُظَاهِرُ صَوْمَ الشَّهْرَيْنِ أَوْ لَمْ يَسْتَطِعْ تَتَابُعُهُمَا (فَإِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْناً) أَوْ فَقِيْراً (كُلُّ مِسْكِيْنٍ) أَوْ فَقِيْرٍ (مُدٌّ) مِنْ جِنْسِ الْحَبِّ الْمُخْرَجِ فِيْ زَكَاةِ الْفِطْرِ، وَحِيْنَئِذٍ فَيَكُوْنُ مِنْ غَالِبِ قُوَّتِ بَلَدِ الْمُكَفِّرِ كَبُرٍّ وَشَعِيْرٍ لَا دَقِيْقٍ وَسَوِيْقٍ
Apabila Muzhahir tidak mampu berpuasa selama dua bulan dan pula tidak mampu mengerjakan secara berturut-turut selama dua bulan tersebut, maka hendaknya memberikan makan kepada 60 orang miskin atau fakir, tiap-tiap seorang miskin atau fakir sebanyak satu Mud dari jenis bahan makanan yang dikeluarkan dalam zakat fitrah , Satu Mud itu terdiri dari makanan yang pokok negeri orang yang membayar kafarat, seperti gandum halus, gandum kasar, tidak cukup dengan tepung halus dan tepung kasar.
Muzhahir tidak mampu dari 3 perkara tersebut di atas
Bagaimana solusinya apabila ketiga macam perkara tersebut di atas tidak sanggup dan memang tidak mampu, maka ini penjelsannya;
وَإِذَا عَجَزَ الْمُكَفِّرُ عَنِ الْخِصَالِ الثَّلَاثِ اِسْتَقَرَّتْ الْكَفَارَةُ فِيْ ذِمَّتِهِ، فَإِذَا قَدَّرَ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى خَصْلَةٍ فَعَلَهَا، وَلَوْ قَدَّرَ عَلَى بَعْضِهَا كَمُدِّ طَعَامٍ أَوْ بَعْضِ مُدٍّ أَخْرَجَهُ (وَلَا يَحِلُّ لِلْمَظَاهِرِ وَطْؤُهَا) أَيْ زَوْجَتِهِ الَّتِيْ ظَاهَرَ مِنْهَا (حَتَّى يُكَفِّرَ) بِالْكَفَارَةِ الْمَذْكُوْرَةِ
Apabila Mukaffir (yang membayar kafarat) lemah (tidak mampu) dari tiga perkara tersebut, maka kafarat itu masih tetap berada dalam tanggungannya. Jika Muzhahir (yang melakukan Zhihar) mampu atas satu perkara saja sesudah dalam keadaan lemah,maka hendaknya mengerja kannya. Dan bila dia. mampu hanya sebagian saja dari satu perkara tersebut, seperti mampu mengeluarkan satu Mud makanan atau sebagian saja, maka keluarkanlah .
Tidak boleh bagi Muzhahir melakukan jimak kepada isterinya yang dia jatuhi Zhihar , sehingga (sebelum ) dia membayar kafarat dengan bentuk kafarat yang tersebut itu.
Keterangan :
Bagi Muzhahir (yang menZhihar) tidak halal hukumnya untuk berbuat jimak kepada isterinya, sebelum dia melaksanakan pembayaran kafarat sebagaimana yang telah ditentukan aturannya diatas.
Demikian Materi tentang ; Pengertian Zhihar ; Menurut Lughot, Syara’ Dan Hukumnya – mudah-mudahan saja materi yang sesingkat ini dapat difahami oleh para pembaca. Mohon abaikan saja bila dalam materi tersebut tidak sefaham dengan para pembaca. Terimaksih kami ucapka atas kunjungannya.