Ibu Susuan; Hukum Radho’ah dan Saudara Sepesusuan – Materi Penting untuk dapat dipelajari dan difahami oleh kita. Pada artikel ini fiqih.co.id akan menyampaikan materinya secara singkat dan ringkas.
Uraian mengenai perihal Rodho’ yakni ibu susuan kali ini fiqih.co.id mengutipnya dari kitab: “Fathul qoribul Mujib” pada fasal fi ahkamir radho’. Selanjutnya mari kita langsung baca saja pada pokok pembahasan kita di bawah ini.
Daftar Isi
Ibu Susuan; Hukum Radho’ah dan Saudara Sepesusuan
Kata Susuan yang dalm bahasa arab dalam fan fiqih disebut; al-radhoo’ menurut bahasa ialah nama bagi penyusu. Sedangkan menurut pengertian Syara’a adalah sampainya ASI ke dalam perut anak yang disusui secra khusus menurut ketentuan yang khusus pula.
Untuk lebih tegasnya dalam uraian dimaksud silahkan antum baca kutipan berikut ini;
Ibu Susuan
Radhaa’ atau susuan telah diteranmgkan dalam fiqih sebagai berikut;
فصل): فِيْ أَحْكَامِ الرَّضَاعِ بِفَتْحِ الرَّاءِ وَكَسْرِهَا، وَهُوَ لُغَةً اِسْمُ لِمَصِّ الثَّدْيِ وَشُرْبِ لَبَنِهِ، وَشَرْعاً وُصُوْلُ لَبَنٍ آدَمِيَّةٍ مَخْصُوْصَةٍ لِجَوْفِ آدَمِيٍّ مَخْصُوْصٍ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوْصٍ، وَإِنَّمَا يَثْبُتُ الرَّضَاعُ بِلَبَنِ اِمْرَأَةٍ حَيَةٍ بَلَغَتْ تِسْعَ سِنِيْنَ قَمَرِيَّةً بِكْراً كَانَتْ أَوْ ثِيَبًا، خَلِيَّةً كَانَتْ أَوْ مُزَوَّجَةً
Pasal : Menerangkan tentang hukum-hukumnya Radlak (susuan). Kata “Radlak’: (رَضَعْ) dengan dibaca fat-hah dan kasrah hurup Raknya menurut bahasanya ialah nama bagi penyusu tetek dan meminum air susu tetek itu.
Sedangkan menurut syarak ialah sampainya air susu anak Adam yang ditentukan (masuknya, pen.) ke dalam perut seorang anak yang sudah ditentu kan serta atas dasar peraturan yang tertentu pula. Bahwasanya menjadi tetap hukum Radlak (penyusuan) dengan air susu orang perempuan yang masih hidup, telah sampai berumur 9 tahun menurut penanggalan, baik perempuan itu gadis atau janda, masih singgel atau sudah bersuami.
Perempuan menyusui anak laki-laki
Bagimana hukumnya apabila seorang perempuan yang telah menyusui anak laki-laki orang lain, yakni bukan anak kandungnya?. Berikut keterangannya;
وَإِذَا أَرَضْعَتْ الْمَرْأَةُ بِلَبَنِهَا وَلَداً) سَوَاءٌ شَرَبَ مِنْهَا اللَّبَنَ فِيْ حَيَاتِهَا أَوْ بَعْدَ مَوْتِهَا، وَكَانَ مَحْلُوْباً فِيْ حَيَاتِهَا (صَارَ الرَّضِيْعُ وَلَدَهَا بِشَرْطَيْنِ أَحَدُهُمَا أَنْ يَكُوْنَ لَهُ) أَيْ الرَّضِيْعِ (دُوْنَ الْحَوْلَيْنِ) بِالْأَهِلَّةِ وَاِبْتِدَاؤُهُمَا مِنْ تَمَامِ اِنْفِصَالِ الرَّضِيْعِ، وَمَنْ بَلَغَ سَنَتَيْنِ لَا يُؤْثِرُ اِرْتِضَاعُهُ تَحْرِيْماً (وَ) الشَّرْطُ (الثَّانِي أَنْ تُرْضِعَهُ) أَيْ الْمُرْضِعَةُ (خَمْسُ رَضَعَاتٍ مُتَفَرِّقَاتٍ) وَاصِلَةٍ جَوْفَ الرَّضِيْعِ وَضَبْطُهُنَّ بِالْعُرْفِ، فَمَا قَضِىَ بِكَوْنِهِ رَضْعَةً أَوْ رَضَعَاتٍ اُعْتُبِرَ، وَإِلَّا فَلَا
Apabila seorang perempuan menyusui seorang anak, baik si anak meminum air susu itu di waktu perempuan tersebut masih hidup atau setelah mati.
Sedangkan air susu itu diperas pada masa hidupnya perempuan, maka jadilah anak yang disusui sebagai anaknya sang perempuan tersebut dengan dua syarat,
Pertama: yaitu sekiranya bagi anak yang menyusu berumrur kurang dari dua tahun dengan hitungan tahun rembulan (qamariyah).
Adapun permulaan dua tahun itu adalah (dihitung) dari saat sempurna perpisahan si anak yang menyusu. Sedangkan anak yang telah sampai berumur 2 tahun, maka penyusuannya tidak mempunyai bekas untuk dapat menjadi muhrim.
Kedua: yaitu sekiranya perempuan yang menyusui itu ada 5 susuan yang berpisah-pisah serta sampai ke dalam perut anak yang menyusu. Adapun pedoman 5 susuan menurut kebiasaan, maka hal yang dihukuminya adalah satu susuan atau beberapa susuan itulah yang masuk hitungannya, jika tidak sesuai dengan itu, maka tidak di masukkan ke dalam hitungan.
Jika Putus Penyusuan Si Anak
فَلَوْ قَطَعَ الرَّضِيْعُ الْاِرْتِضَاعَ بَيْنِ كُلِّ مِنَ الْخَمْسِ إِعْرَاضاً عَنِ الثَّدْيِ تَعَدَّدَ الْاِرْتِضَاعُ (وَيَصِيْرُ زَوْجُهَا) أَيْ الْمُرْضِعَةِ (أَباً لَهُ) أَيْ الرَّضِيْعِ (وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُرْضَعِ) بِفَتْحِ الضَّادِ (التَّزْوِيْجُ إِلَيْهَا) أَيْ الْمُرْضِعَةِ (وَإِلَى كُلِّ مَنْ نَاسَبَهَا) أَيْ اِنْتَسَبَ إِلَيْهَا بِنَسَبٍ أَوْ رَضَاعٍ (وَيَحْرُمُ عَلَيْهَا) أَيْ الْمُرْضِعَةِ (التَّزْوِيْجُ إِلَى الْمُرْضِعِ وَوَلَدِهِ) وَإِنْ سَفَلَ وَمَنِ انْتَسَبَ إِلَيْهِ، وَإِنْ عَلَا (دُوْنَ مَنْ كَانَ فِيْ دَرَجَتِهِ) أَيْ الرَضِيْعِ كَإِخْوَتِهِ الَّذِيْنَ لَمْ يَرْضَعُوْا مَعَهُ (أَوْ أَعْلَى) أَيْ وَدُوْنَ مَنْ كَانَ أَعْلَى (طَبِقَةً مِنْهُ) أَيْ الرَّضِيْعِ كَأَعْمَامِهِ، وَتَقَدَّمَ فِيْ فَصْلِ مَحَرَّمَاتِ النِّكَاحِ مَا يَحْرُمُ بِالنَّسَبِ وَالرَّضَاعِ مُفَصَّلاً فَارْجِعْ إِلَيْهِ
Maka jika putus penyusuan si anak (yang menyusu) antara tiap tiap satu kali susuan dari 5 susuan itu dikarenakan berpaling dari teteknya, maka penyusuan tersebut menjadi hitungan. Dan suami perempuan yang menyusui statusnya menjadi ayah bagi anak itu (anak yang menyusu).
Haram hukumnya bagi anak yang disusui (dengan dibaca fat-hah hurup Dhatnya) yaitu mengawini perempuan yang menyusui dan mengawini tiap-tiap orang yang senasab dengan perempuan ter sebut atau juga karena masih satu susuan.
Haram atas perempuan yang menyusui yaitu mengawini kepada Murdho’ (anak yang disusui) dan juga kepada anaknya Murdho’, meskipun terus ke bawah serta orang yang senasab dengan Murdho’, meskipun terus ke atas.
Tidak haram hukumnya mengawini kepada orang yang masih berada dalam satu derajad dengan Radlik (anak yang menyusu), seperti beberapa saudara laki-laki Radlik yang tidak menyusu bersama-sama dengan Radlik.
Atau orang yang lebih luhur artinya tidak haram hukumnya mengawini orang yang lebih luhur pangkatnya dari pada si Radlik, seperti beberapa paman Radlik. Dan sudah tersebut di muka dalam pasal beberapa saudara yang haram dinikah maka haram juga dinikah sebab nasab dan tunggal susuan secara terperinci. Baiklah dilihat kembali pasal tersebut.
Demikian Materi tentang ; Ibu Susuan; Hukum Radho’ah dan Saudara Sepesusuan – mudah-mudahan saja materi yang sesingkat ini dapat difahami oleh para pembaca. Mohon abaikan saja bila dalam materi tersebut tidak sefaham dengan para pembaca. Terimaksih kami ucapka atas kunjungannya.