Adab Berdoa : Tertulis Dalam Al-Adzkar Kata Imam Gozali di Ihya – Pada kesempatan ini Fiqih.co.id akan memberikan materi tentang Adab Berdoa. Dalam Ajara Islam tentu semua aktivitas kita selalu ada aturannya.
Daftar Isi
Adab Berdoa : Tertulis Dalam Al-Adzkar Kata Imam Gozali di Ihya
Tata Tertib Berdoa adalah merupakan adab. Ada banya ka hadits menerangkan tentang kaifiyah berdoa. Untuk lebih jelasnya simak uraiannya di bawah ini.
Mukadimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
الْحَمْدُ لِلّٰهِ اٰمَنَّا بِاللهِ وَ تَوَكَّلْنَا عَلَى اللهِ، وَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، صَلَاةُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَءَالِهِ وَصَحْبِهَ اَجْمَعِيْنَ، أمَّا بَعْدُ
Saudarku semua yang kami banggakan, Para pembaca yang mudah-mudahan dirahmati Allah. In Syaa Allah Jika Antum Membaca materi ini akan ternilah ‘ibadah oleh Allah Ta’ala, Aamiin. Baiklah kita langsung saja pada tema kita tertulis di atas yang kita sampaikan penjelasan singkatnya di bawah ini.
Adab Berdoa
Sebelum berdoa sebaiknya berwudhu jika kita dalam keadaan berhadats, meskipun berdoa dalam keadaan hadats besar pun dibolehkan. Kemudian menghadap kiblat. Diawali dengan baca Shalawat Nabi dan Tahmid.
Sesungguhnya dalam tata cara berdoa yang baik dan beradab itu banyak sekali. Dalam perihal ini yang pertama kami akan sampaikan dulu kutipan dari Kitab Al-Adzkar sebaga berikut.
Adab Doa Menurut Imam Ghozali
Ada Sepuluh Adab Berdoa menurut yang dikatakan oleh Imam Ghozakli Rahimahullah sebagaimana tertulis dalam Al-Adzkar, berikut penjelasannya:
Pertama dan yang kedua
وَقَالَ الْإِمَامُ أَبُوْ حَامِدٍ الْغَزَالِيْ فِيْ الْإِحْيَاءِ آدَابُ الدُّعَاءِ عَشَرَةٌ
الْأَوَّلُ أَنْ يَتَرَصَدَ الْأَزْمَانَ الشَّرِيْفَةَ كَيَوْمِ عَرَفَةَ وَشَهْرِ رَمَضَانَ وَيَوْمِ الْجُمْعَةِ وَالثُّلُثِ الْأَخِيْرِ مِنَ اللَّيْلِ وَوَقْتِ الْأَسْحَارِ
الثَّانِي أَنْ يَغْتَنِمَ الْأحْوَالَ الشَّرِيْفَةِ كَحَالِةِ السُّجُوْدِ وَالْتِقَاءِ الْجُيُوْشِ وَنُزُوْلِ الْغَيْثِ وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ وَبَعْدَهَا . قُلْتُ : وَحَالَةِ رَقَةِ الْقَلْبِ
Artinya: Dan Berkata Imam Ghozali Rahimahullah dalam Kitab Ihya. Adapun Adabnya Berdoa itu ada sepuluh.
- Berdoa pada waktu-waktu yang mulia, seperti hari Arafah, bulan ramadhan, hari jum’at, sepertiga akhir dari malam hari dan waktu sahur.
- Mencari kesempatan pada kondisi-kondisi yang mulia. Seperti pada waktu sujud, saat bertemu dengan musuh, waktu turunnya bencana, saat didirikannya shalat atau ssesudahnya. Kata Imam An-Nawawi Seyogianya dicari satu kondisi dimana hati sedang lembut.
Ketiga dan keempat
Selanjutnya diterangkan sebagai berikut:
الثَّالِثُ اِسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ وَرَفْعُ الْيَدَيْنِ وَيُمْسِحُ بِهِمَا وَجْهَهُ فِي آخِرِهِ. وَالرَّابِعُ خِفْضُ الصَّوْتِ بَيْنَ الْمُخَافَتَةِ وَالْجَهْرِ
- Menghadap kiblat. Mengangkat kedua tangan dan mengusap muka ketika selesai doa.
- Merendahkan suara yang dikeluarkan anatara perlahan dank eras (lirih dalam bahasa jawa, hamburiring dalam bahasa sunda).
Adab Berdoa yang kelima
Adapun tatakrama doa yang kelima diterangkan sebagai berikut:
الْخَامِسُ أَنْ لَا يَتَكَلَّفَ السَّجَعَ وَقَدْ فَسَّرَ بِهِ الْإِعْتِدَاءَ فِي الدُّعَاءِ، وَالْأَوْلَى أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى الدَّعَوَاتِ الْمَأْثُوْرَةِ
فَمَا كُلُّ أَحَدٍ يَحْسُنُ الدُّعَاءُ بِهِ فَيَخَافُ عَلَيْهِ الْإِعْتِدَاءَ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ
اُدْعُ بِلِسَانِ الذِّلَةِ وَالْإِفْتِقَار، لَا بِلِسَانِ الْفَاصِحَةِ وَالْإِنْطِلَاقِ، وَيُقَالُ : إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَالْأَبْدَالَ لَايَزِدُوْنَ فِيْ الدُّعَاءِ عَلَى سَبْعِ كَلِمَاتٍ
وَيَشْهَدُ لَهُ مَا ذَكَرَهُ اللهُ سبحانه وتعالى فِي آخِرِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ (رَبَّنَا لَاتُؤَاخِذْنَا) إِلَى آخِرِهَا لَمْ يُخْبِرْ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِيْ مَوْضِعِ عَنْ أَدْعِيَةِ عِبَادِهِ بِأَكْثَرِ مِنْ ذَلِكَ . قُلْتُ : وَمِثْلُهُ قَوْلُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي سُوْرَةِ إِبْرَاهِيْم ﷺ، (وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ : رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا) . وَالْمُخْتَارُ الَّذِيْ عَلَيْهِ جَمَاهِيْرُ الْعُلَمَاءِ أَنَّهُ لَاحِجْرَ فِيْ ذَلِكَ، وَلَا تُكْرَهُ الزِّيَادَةُ عَلى السَّبْعِ، بَلْ يُسْتَحَبُّ اْلِإكْثَارُ مِنَ الدُّعَاءِ مُطْلَقًا
Tidak ada persaan terpaksa, kemudian diutamakan dengan doa-doa yang maktsuroh. Dikatakan: Berdoalah dengan lisan yang hina dan penuh kefakiran, bukan dengan lisan yang fashih dan lancar.
Disebutkan pula: Bahwasanya Para ulama tidak menambahkan tidak mengganti tujuh kalimmat dalam doa. Sebagaimana yang disitir pada akhir surat al-baqarah ayat : 286 yaitu:
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Pada ayat ini Allah tidak menyebutkan hamba-Nya kecuali hanya seperti itu.
Imam An-Nawawi berkata: Seperti Firman Allah Ta’ala dalam surat Ibrahim ayat 35 yang artinya:. Dan Ingatlah ketika Ibrahi berdoa:. Ya tuhan jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman.
Jadi makudnya dari apa yang dikataka ulama adalah:. Bahwa menambahkan pada tujuh kalimat tidaklah dibenci, karena memperbanyak doa itu dianjurkan secara mutlak.
Adab Doa Keenam dan Ketujuh
Selanjutnya adalah sperti keterangan ini:
السَّادِسُ التَّضَرُّعُ وَالْخُشُوْعُ وَالرَّهْبَةُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى (إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ [الأنبياء : ٩٠]) وقال تعالى (ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً [الأعراف : ٥٥]). السَّابِعُ أَنْ يَجْزِمَ بِالطَّلَبِ وَيُوْقِنَ بِالْإِجَابَةِ وَيُصَدِّقَ رَجَاءَهُ فِيْهَا، وَدَلَاءِلُهُ كَثِيْرَةٌ مَشْهُوْرَةٌ. قَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى : لَايَمْنَعَنَّ أَحَدُكُمْ مِنَ الدُّعَاءِ مَا يَعْلَمُهُ مِنْ نَفْسِهِ، فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى أَجَابَ شَرَّ الْمَخْلُوْقِيْنَ إِبْلِيْسَ إِذْ قَالَ (أَنظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ، قَالَ إِنَّكَ مِنَ المُنظَرِينَ، [الأعراف : ١٤-١٥]).ا
Berdoa dengan ketundukan, kekhusyuan dan rasa takut. Allah ta’ala berfirman:
Yang artinya:. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik. Dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas . Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. (QS. Al-Anbiyaa : 90)
Allah Ta’ala berfirman:. Artinya: Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-A’raaf : 55)
- Menegaskan apa yang dipinta dan yakin terhadap jawaban yang akan didapatkan. Kemudian mempercayai harapannya.
Berkata Sufiyan Ibnu ‘Uyainah Rahimahullahu Ta’ala:. Tidaklah dilarang seseorang dari kalian dengan cara dari dirinya. Sebab Allah Ta’ala menjawab seluruh permintaan makhluknya yang keji, seperti iblis.
Allah berfirman yang artinya: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. Allah Berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”.
Adab Berdoa yang ke delapan, Sembilan dan Sepuluh
Diterang selanjutnya sebagai berikut:
الثَّامِنُ أَنْ يَلِجَ فِيْ الدُّعَاءِ وَيُكَرِرَهُ ثَلَاثَا وَلَا يَسْتَبْطِئَ الْإِجَابَةَ. التَّاسِعُ، أَنْ يَفْتَتِحَ الدُّعَاءَ بِذِكْرِ اللهِ تعالى. قُلْتُ . وَبِالصَّلَاةِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ﷺ، بَعْدَ الْحَمْدِ لِلَّهِ تَعَالَى وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، وَيُخْتِمُهُ بِذَلِكَ كُلِّهِ أيْضًا. الْعَاشِرُ، وَهُوَ أَهَمُّهَا وَالْأَصْلُ فِيْ الْإِجَابَةِ، وَهُوَ التَّوْبَةُ وَرَدُّ الْمُظَالِمِ وَالْإِقْبَالُ عَلَى اللهِ تَعَالَى
- Mengulang-ulang sampai tiga kali.
- Membuka doa dengan berdzikir keada Allah Ta’ala. Kata Imam An-Nawai: Seperti dengan membaca Shalawat kepada Rasulullah ﷺ, setelah memuji Allah Ta’ala lalu menutupnya dengan bacaan yang sama.
- Syarat ini adalah terpenting dan dasar diterimanya doa, iaitu:. Menolak kedzaliman, dan Menerima Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sumber Uraian ini kami kutip dar Al-Adzkar, Ihya Ulumuddin dan Majmu Masa-il Karya Asmawi.
Demikianlah penjelasan ringkas mengenai. Adab Berdoa : Tertulis Dalam Al-Adzkar Kata Imam Gozali di Ihya – dan masih banyak yang belum kami tulis di sini. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan. Terimakasih atas kunjungannya. Wallahu ‘alam bish-showab.