Fadhilah Amal Dan Beramal dengan hadits Dho’if – Karena Allah, Ikhwan fillaah, kali ini Fiqih.co.id akan menjelaskan tentang Fadhilah amal. Fadilah artinya Beberapa keutamaan sedangkan amal artinya pekerjaan.
Daftar Isi
Fadhilah Amal dan Beramal dengan hadits Dho’if
Terhubung dengan Tema tersebut maka kami akan sampai keterangnanya di bawah ini. Begitu juga tentang beramal dengan menggunakan hadits dhoif. Memang banyak orang yang bependapat bahwa hadits dhoif itu tidak boleh diamalkan. Hadits dhoif harus dibuang katanya. Untuk itu ikuti penjelasan kami Tema tersebut di atas.
Mukadimah
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الحَمْدُ للهِ ، الصَّلَاةُ وَ السَّلامُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ابْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَابِعَهُ : أَمَّا بَعْدُ
Puji dan Syukur selalu kita panjatkan ke hadhirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Shalawat serta Salam selalu tercurah ke haribaan Nabi Agung Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Pembaca yang dirahmati Allah. Sebagaimana telah kami sampaikan dalam tema di atas, maka berikut inilah penjelasan para Ulama.
Fadhilah Amal
Pengertian fadhilah amal itu ialah : “Keistimewaan segala amal”. Apabila kita hendak mendapatkan keutamaan amal, seharusnya kita berupaya sebaik mungkin untuk mengamalkan apa yang sudah pernah kita dengar mengenai keutamaannya meski hanya sempat mengamalkanya satu kali saja. Di dalam Kitab al-Adzkar Imam an-Nawawi menerangkan sebgai berikut:
اِعْلَمْ أَنَّهُ يَنْبَغِيْ لِمَنْ بَلَغَهُ شَيْئٌ فِيْ فَضَائِل الْأَعْمَالِ أَنْ يَعْمَل بِهِ وَلَوْ مَرَّةً وَاحِدَةً لَيَكَوْنَ مِنْ أَهْلِهِ، وَلَا يَنْبَغِيْ أَنْ يَتْرَكَهُ مُطْلَقًا بَلْ يَأْتِيْ بِمَا تَيْسَرَ مِنْهُ، الأذكار : ٨
Artinya: Seyogianya bagi seseorang yang telah mengetahui suatu fadhilah amal (amalan yang disunahkan), untuk mengamalkannya, walaupun sekali saja agar ia termasuk golongan ahlinya (ahlul amal). (dikutip dari al-Adzkar : 8)
Demikian dijelaskan dalam kitab tersebut, lantas diperjelas lagi dalam sebuah hadits di sana tertulis Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إَذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَاسْتَطَعْتُمْ
Artinya: “Apabila kuperintahkan (kuanjurkan) kepadamu tentang sesu- atu, kerjakanlah menurut kemampuanmu”. (dikutip dari al-Adzkar : 8)
Beramal Dengan Landasan Hadits Dhoif
Banyak orang yang beranggapan bahwa hadits dhoif itu tidak boleh digunakan. Padahal sesungguhnya meskipun dhoif itu adalah hadits. Jadi selama itu bukan hadits palsu masih bisa dijadikan dasar untuk keutamaan amal.
Dijelaskan dalam Kitab al-Adzkar sebagai berikut:
فَصْلٌ: قَالَ الْعُلَمَاءُ مِنَ الْمُحَدِّثَيْنَ وَالْفُقَهَاءِ وَغَيْرِهِمْ: يَجُوْزُ وَيُسْتَحَبُّ الْعَمَلُ فِي الْفَضَائِلِ وَالتَّرْغِيْبِ وَالتَّرْهِيْبِ بِالْحَدِيْثِ الضَّعِيْفِ مَا لَمْ يَكُنْ مَوْضُوْعًا
Pasal: Para ulama dari golongan Muhadditsin (ahli hadits). Fukaha (ahli hukum) dan lain-lain mengatakan: “Hadits dhoif dijadikan alasan untuk meningkatkan prestasi beramal baik, amal yang disunahkan atau peringatan-peringatan mengerjakan amalan yang berdasarkan hadits dhoif, asal saja kedhoifannya tidak sampai ke derajat maudhu’ ”.
Hukum-hukum Halal haram yang didasarkan pada hadits dhoif
Apabila Hukum Halal, Haram, Jual beli, Nikah Talak dan yang lainnya maka harus didasarkan pada hadits shahih dan hasan sebagaimana diterangkan oleh imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkar sebagai berikut:
وَأَمَّا الْأَحْكَامُ كَالْحَلَالِ وَالْحَرَامِ وَالْبَيْعِ وَالنِّكَاحِ وَالطَّلَاقِ وَغَيْرِ ذَلِكَ فَلَا يُعْمَلُ فِيْهَا إِلَّا بِالْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ أَوِ الْحَسَنِ، إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ فِيْ احْتِيَاطٍ فِيْ شَيْئٍ مِنْ ذَلِكَ» كَمَا إِذَا وَرَدَ حَدِيْثٌ ضَعِيْفٌ بِكَرَاهَةِ بَعْضِ الْبُيُوْعِ أَوِ الْأَنْكَحَةِ، فَإِنَّ الْمُسْتَحَبَّ أَنْ يَتَنَزَهَ عَنْهُ وِلَكِنْ لَا يَجِبُ. وَإِنَّمَا ذُكَرْتُ هَذَا الْفَصْلَ لِأَنَّهُ يَجِئُ فِيْ هَذَا الْكِتَابِ أَحَادِيْثٌ أَنْصُ عَلَى صَحَتِهَا أَوْ حَسَنِهَا أَوْ ضَعْفِهَا، أَوْ أَسْكُتُ عَنْهَا لِذُهُوْلِ عَنْ ذَلِكَ أَوْ غَيْرهِ» فَأَرَدْتُ أَنْ تَتَقَرَرَ هَذِهِ الْقَاعِدَةَ عِنْدَ مَطَالِعِ هَذَا الْكِتَابِ.
Adapun masalah hukum halal dan haram, jual beli, nikah dan talak serta lainnya yang serupa dengannya, maka haruslah berdasarkan hadits sahih atau hasan. Kecuali dalam hal-hal yang menyangkut ikhtiyat (kehhati-hatian), umpamanya ada hadits dhoif yang menerangkan makruh (kurang baik) tentang sesuatu yang menyangkut jual beli dan pernikahan maka sebaiknya, disunahkan (mustahab) baginya tidak melakukannya tetapi tidak Wajib menjauhinya.
Imam an-Nawai Melanjutkan perkataannya sebagai berikut: Kusebutkan persoalannya pada pasal ini, karena dalam kitab ini akan dipaparkan nas-nas berupa hadits sahih, hasan, dhoif atau yang lainnya untuk diketahui oleh para pembaca.
Demikian ulasan ringkas tentang Fadhilah Amal dan Beramal dengan hadits Dho’if – Semoga bermanfaat. Mohon untuk diabaikan saja uraian kami ini, jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab wa billahit-taufiq wal-Hidayah. Sumber Sebagia dikutip dari Dutadakwah