Haiat Jum’at, Hukum Shalat Sunnah Saat Imam Berkhutbah – Pada kesemptan kali ini Fiqih.co.id masih menerangkan tentang Jum’at. Namun Pada Artikel berikut ini adalah tentang Haiatnya. Dalam Pembahasan tentang Sunnah haiat Jum’at ini kami akan sampaikan juga dari kitab fathul qorib, Fiqih Madzhab Syafi’i.
Daftar Isi
Haiat Jum’at, Hukum Shalat Sunnah Saat Imam Berkhutbah
Untuk Mengerjakan Shalat Jum’at, selain dari fardhunya juga ada sunnah haiatnya. Uaraian ini adalah lanjutan dari pembahasan sebelumnya tentang Shalat Jum’at.
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Para Pembaca, Kaum Muslimiin, dan Para Santri, Rahimakumllah. Dalam pembahasan ini kami sampaikan tentang Sunnah Haiat Jum’at. Dan dalam uraiannya tetap kami sesuaikan dengan aslinya dari Fathul qorib, salahsatu fiqih Madzhab Sayfi’i.
Dan apabila pembaca merasa kurang nyaman dengan uraian kami ini, maka abaikan saja. Kemudian untuk lebih jelsanya mari kita baca bersama Penjelasannya berikut ini:
Sunnah Haiat Jum’at
﯁(وَهَيْئَاتُهَا) وَسَبَقَ مَعْنَى الْهَيْئَةِ (أَرْبَعُ خِصَالٍ) أَحَدُهَا (الْغُسْلُ) لِمَنْ يُرِيْدُ حُضُوْرَهَا مِنْ ذَكَرِ أَوْ أُنْثَى حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ مُقِيْمٍ أَوْ مُسَافِرٍ، وَوَقْتُ غُسْلِهَا مِنَ الْفَجْرِ الثَّانِيْ وَتَقْرِيْبِهِ مِنْ ذِهَابِهِ أَفْضَلُ، فَإِنْ عَجَزَ عَنْ غُسْلِهَا تَيَمَّمَ بِنِيَّةِ الْغُسْلِ لَهَا (وَ) الثَّانِي (تَنْظِيْفُ الْجَسَدِ) بِإِزَالَةِ الرَّيْحِ الْكَرِيْهِ مِنْهُ كَصَنَانٍ فَيَتَعَاطَى مَا يُزِيْلُهُ مِنْ مِرْتَكٍ وَنَحْوِهِ (وَ) الثَّالِثُ (لُبْسُ الثِّيَابِ الْبِيْضِ) فَإِنَّهَا أَفْضَلُ الثِّيَابِ (وَ) الرَّابِعُ (أَخْذُ الظَّفْرِ) إِنْ طَالَ وَالشَّعْرِ كَذَلِكَ فَيَنْتِفُ إِبْطَهُ، وَيَقُصُّ شَارِبَهُ، وَيَحْلُقُ عَانَتَهُ (وَالتَّطَيُّبُ) بِأَحْسَنِ مَا وُجِدَ مِنْهُ (وَيُسْتَحَبُّ الْإِنْصَاتُ) وَهُوَ السُّكُوْتُ مَعَ الْإِصْغَاءِ (فِي وَقْتِ الْخُطْبَةِ) وَيُسْتَثْنَى مِنَ الْإِنْصَاتِ أُمُوْرٌ مَذْكُوْرَةٌ فِيْ الْمُطَوَلَاتِ مِنْهَا إِنْذَارُ أَعْمَى أَنْ يَقَعَ فِيْ بِئْرٍ، وَمَنْ دَبَّ إِلَيْهِ عَقْرَبٌ مَثَلاً
Adapun beberapa sunnah haiatnya jum’at (sudah diterangkan di muka mengenai makna haiat itu ada 4 perkara, yaitu :
Pertama : Sunnah mandi bagi orang yang hendak mendatangi shalat jum’at. Sunah tersebut baik dari orang laki-laki, perempuan merdeka atau budak yang mukim atau juga orang yang bepergian. Sedangkan waktunya mandi itu mulai dari fajar kedua.
Dan yang paling dekat mandi jum’at itu adalah di waktu orang akan pergi menunaikan shalat jum’at. Itulah yang lebih baik. Seandainya orang tersebut tidak mampu untuk mandi, maka bertayammumlah dengan niat mandi karena hendak berjum’atan.
Kedua: Membersihkan tubuhnya dengan jalan menghilangkan bau yang dibenci orang seperti bau yang tidak enak. Maka hendaknya memberi sesuatu yang dapat menghilangkan bau tersebut.
Ketiga : Memakai pakaian putih-putih, karena pakai putih-putih itu sebaik-baiknya pakaian.
Keempat : Memotong kuku dan rambut yang sudah panjang. Demikian juga hendaknya mencabut rambut ketiaknya, menggunting kumisnya dan menyukur rambut yang ada di sekililingalat kelamin.
Memakai Wewangian
Dan sunnah pula memakai wangi-wangian yang sebaik-baiknya (maksudnya wangi-wangian yang paling harum baunya).
Disunnahkan juga memalingkan kepalanya, yakni yang dimaksudkan ialah diam seraya mendengarkan khuthbah di waktu khothib berkhuthbah.
Hal itu terkecuali adanya perkara-perkara sebagaimana yang sudah disebutkan di dalam kitab yang panjang lebar keterangannya. Antara lain seperti menakut-nakuti orang buta yang akan jatuh ke dalam sumur, dan adanya kalajengking yang akan merambat padanya.
﯁(وَمَنْ دَخَلَ) الْمَسْجِدَ (وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ ثُمَّ يَجْلِسُ) وَتَعْبِيْرُ الْمُصَنِفُ بِدَخَلَ يُفْهِمُ أَنَّ الْحَاضِرَ لَا يُنْشِىءُ صَلَاةَ رَكْعَتَيْنِ، سَوَاءٌ صَلَّى سُنَّةَ الْجُمْعَة أَوْ لَا وَلَا يَظْهَرُ مِنْ هَذَا الْمَفْهُوْمِ أَنَّ فِعْلَهُمَا حَرَامٌ أَوْ مَكْرُوْهٌ، لَكِنَّ النَّوَوِيَّ فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَبِ صَرَحَ بِالْحُرْمَةِ، وَنَقَلَ الْإِجْمَاعَ عَلَيْهَا عَنِ الْمَاوَرْدِيْ
Barang siapa masuk masjid dan imam sedang berkhuthbah, maka hendaknya cepat-cepat mengerjakan shalat sunnah dua rakaat kemudian duduk.
Mushannif membuat ibarat dengan kata “masuk” adalah memberikan pemahaman, bahwa orang yang baru datang (khothib sedang berkhuthbah). Hal itu tidak boleh mengerjakan shalat dua rakaat baik itu shalat sunnah jum’at atau tidak.
Dan dari pemahaman ini tidak jelas adanya hukum, bahwa mengerjakan shalat tersebut. adalah haram hukumnya atau makruh.
Tetapi Imam Nawawi menerangkan di dalam syarah kitab Muhadz-dzab dengan menetapkan hukum haram. Dan telah dinukil hasil kesepakatan para Ulama mengenai keharamannya dari Imam Mawardi.
Hukum Shalat Shalat Suunnah Saat Khatib Berkhutbah
Kita masuk Masjid pada hari jum’at, sedangkan Khutbah sudah dimulai, maka kita diperkenankan menunaikan Shalat sunnah dua rakaat yang ringan.
Akan tetapi Jika membaca uraian Imam Nawawi justru tidak boleh Shalat Sunnah.
Demikian Uraian kami tentang: Haiat Jum’at, Hukum Shalat Sunnah Saat Imam Berkhutbah -. Semoga bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Abaikan saja uraia kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab.