Hal Berkaitan Dengan Mayat : Ada Empat Perkara Yang Wajib – Pada kesemptan kali ini Fiqih.co.id akan menerangkan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan mayat. Sebgaimana yang telah kita ketahui bahwa kewajiban kita pada mayat itu ada empat.
Daftar Isi
Hal Berkaitan Dengan Mayat : Ada Empat Perkara Yang Wajib
Terkait dengan masalah kewajiban yang hidup pada mayat, maka di sini kami akan menjelaskannya sesuai yang kami baca menurut pandangan fiqih dalam mdzhab Syafi’i.
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Kaum Muslimiin wal-mukminiin, dan Para Santri, yang dirahmati Allah. Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanhu wa Ta’ala. Shalawat teriring Salam semoga tetap tercurah kepada jungjunan kita Nabi Agung Muhammad, SAW.
Pembaca yang kami banggakan, mari kita ikuti bersama uraian tentang Perkara yang berhubungan dengan mayat.
Sesuatu Yang Berkaitan Dengan Mayat
Sebagaimana telah diterangkan dalam Fathul-qorub pada satu fasal.
(فَصْلٌ): فِيْمَا يَتَعَلَّقُ بِالْمَيِّتِ مِنْ غُسْلِهِ وَتَكْفِيْنِهِ وَالصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَدَفْنِهِ (وَيَلْزَمُ) عَلَى طَرِيْقِ فَرْضِ الْكِفَايَةِ (فِيْ الْمَيِّتِ) الْمُسْلِمِ غَيْرِ الْمُحْرِمِ وَالشَّهِيْدِ (أرْبَعَةُ أَشْيَاءَ غُسْلُهُ وَتَكْفِيْنُهُ وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ وَدْفَنُهُ)
Pasal : Menerangkan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan mayat, seperti : memandikan, membungkus, menshalati dan menanam. Dan wajib kifayah dalam hal urusan mayat orang Islam.
selain mayat yang sedang Ihram dan mayat yang mati syahid, atas 4 perkara, yaitu :
- Memandikan.
- Membungkus.
- Menshalati.
- Menanamnya.
Kewajiban Yang Hidup Terhadap Mayat
وَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ بِالْمَيِّتِ إِلَّا وَاحِدٌ تَعَيَّنَ عَلَيْهِ مَا ذُكِرَ، وَأَمَّا الْمَيِّتُ الْكَافِرُ فَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ حَرَبِياً كَانَ أَوْ ذِمِيّاً. وَيَجُوْزُ غُسْلُهُ فِي الْحَالَيْنِ وَيَجِبُ تَكْفِيْنُ الذِّمِّيِّ وَدَفْنُهُ دُوْنَ الْحَرَبِيِّ وَالْمُرْتَدِ، وَأَمَّا الْمُحْرِمُ إِذَا كُفِنَ فَلَا يُسْتَرُ رَأْسُهُ، وَلَا وَجْهُ الْمُحْرِمَةِ وَأَمَّا الشَّهِيْدُ فَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِ كَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِفُ بِقَوْلِهِ
Jika tidak ada orang yang mengetahui adanya mayat kecuali hanya seorang saja, maka menjadi nyata, bahwa kewajiban itu tadi harus dilakukan oleh seorang tersebut. Adapun mayat orang kafir, baik kafir harbi ataupun dzimmi, maka haram menshalatinya. Tetapi keduanya boleh dimandikan.
Wajib membungkus mayat kafir dzimmi dan menanamnya, tidak wajib bagi kafir harbi dan orang yang murtad. Adapun orang yang sedang Ihram ketika dibungkus, maka kepalanya tidak boleh ditutupi demikian juga perempuan yang sedang ihram, maka wajahnya tidak boleh ditutupi. Sedangkan orang yang mati syahid, maka tidak boleh dishalati. Sebagaimana keterangan mushannif, bahwa :
Mayat Yang Tidak Dimandikan Dan Dishalatkan
(وَاِثْنَانِ لَا يُغْسَلَانِ وَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِمَا) أحَدُهُمَا (الشَّهِيْدُ فِيْ مَعْرِكَةِ الْمُشْرِكِيْنَ) وَهُوَ مَنْ مَاتَ فِيْ قِتَالِ الْكُفَّارِ بِسَبَبِهِ سَوَاءٌ قَتَلَهُ كَافِرٌ مُطْلَقاً أَوْ مُسْلِمٌ خَطَأً، أَوْ عَادَ سِلَاحُهُ إِلَيْهِ أَوْ سَقَطَ عَنْ دَابَّتِهِ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ، فَإِنْ مَاتَ بَعْدَ اِنْقِضَاءِ الْقِتَالِ بِجَرَاحَةٍ فِيْهِ يَقْطَعُ بِمَوْتِهِ مِنْهَا، فَغَيْرُ شَهِيْدٍ فِيْ الْأَظْهَرِ وَكَذَا لَوْ مَاتَ فِيْ قِتَالِ الْبُغَاةِ أَوْ مَاتَ فِيْ الْقِتَالِ لَا بِسَبَبِ الْقِتَالِ
ada dua mayat yang tidak boleh dimandikan dan dishalati, yaitu :
Pertama Mati Syahid :
Mayat orang yang mati syahid di dalam suatu pertempuran dengan orang-orang musyrik, yaitu orang yang mati disebabkan karena bertempur dengan para orang kafir, baik yang membunuh itu benar-benar orang kafir atau orang Islam yang salah (dalam membunuh) atau juga karena senjatanya membalik pada dirinya sendiri atau jatuh dari kendaraannya dsb.
Seandainya orang tersebut mati setelah pertempuran selesai disebabkan karena luka-luka (akibat perang) yang menyebabkan kematiannya, maka ia tidak termasuk mati syahid. Demikian menurut pendapat yang lebih jelas.
Demikian juga tidak termasuk mati syahid orang yang mati karena memerangi para pemberontak, atau memang mati di tengah-tengah pertempuran tetapi ia mati bukan karena berperang.
(وَ) الثَّانِي (السِّقْطُ الَّذِيْ لَمْ يَسْتَهِلُ) أَيْ لَمْ يَرْفَعْ صَوْتَهُ (صَارِخاً) فَإِنْ اِسْتَهَلَ صَارِخاً أَوْ بَكَى فَحُكْمُهُ كَالْكَبِيْرِ، وَالسِّقْطُ بِتَثْلِيْثِ السِّيْنِ الْوَلَدُ النَّازِلُ قَبْلَ تَمَامِهِ مَأْخُوْذٌ مِنَ السُّقُوْطِ (وَيُغْسَلُ الْمَيِّتُ وِتْراً) ثَلَاثاً أَوْ خَمْساً أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ (وَيَكُوْنُ فِيْ أَوَّلِ غُسْلِهِ سِدْرٌ) أَيْ يُسَنُّ أَنْ يَسْتَعِيْنَ الْغَاسِلُ فِيْ الْغُسْلَةِ الْأُوْلَى مِنْ غَسَلَاتِ الْمَيِّتِ بِسِدْرٍ أَوْ خَطْمِيٍّ،
Kedua Mati Keguguran :
Bayi yang gugur (dalam kandungan) yang belum dapat bersuara dengan menjerit-jerit. Jika sudah bersuara menjerit-jerit atau menangis, maka setatus hukumnya seperti orang dewasa.
Lafadz Wassiqthu dengan dibaca tasydid Sinnya adalah maksudnya “bayi yang gugur” yaitu anak yang lahir sebelum masa mengandung sempurna sampai batas waktunya. Dan dimandikan si mayat dengan jumlah ganjil yakni 3 atau 5 kali atau lebih banyak dari itu.
Di dalam permulaan memandikan mayat hendaknya dicampuri dengan daun bidara, yakni disunnahkan bagi orang yang memandikan untuk memberikan pertolongan dalam pemandian yang pertama dari beberapa siraman kepada mayat yang airnya diberi daun bidara atau daun khathmy.
Keterangan Daun Khatmy
Pengertian “daun khathmy” menurut yang berkembang di kalangan masyarakat di Indonesia, adakalanya yang dimaksud ialah daun asam, atau daun pohon delima atau daun-daunnan yang sebangsa dengan itu.
Adanya perbendaan dalam memberikan ketentuan tersebut dikarnakan bila yang dikehendaki dengan daun khathmy sesuai dengan pengertian dan gambar tumbuhan yang terdapat di dalam Al-Munjid ternyata memang tumbuh-tumbuhan tersebut tidak terdapat di negeri kita ini, mungkin saja terdapat di dataran semenanjung Arab.
Akhir Siaraman Memandikan Mayat
وَ) يَكُوْنُ (فِيْ آخِرِهِ) أَيْ آَخِرِ غُسْلِ الْمَيِّتِ غَيْرِ الْمُحْرِمِ (شَيْءٌ) قَلِيْلٌ (مِنْ كَافُوْرٍ) بِحَيْثُ لَا يُغَيِّرُ الْمَاءَ وَاعْلَمْ أَنَّ أَقَلَّ غُسْلِ الْمَيِّتِ تَعْمِيْمُ بَدَنِهِ بِالْمَاءِ مَرَّةً وَاحِدَةً، وَأَمَّا أَكْمَلُهُ فَمَذْكُوْرٌ فِيْ الْمَبْسُوْطَاتِ)
Pada akhir siraman mandi mayat, maka dicampuri kapur barus sedikit yang tidak haram, sekiranya tidak merobah air.
Ketahuilah, bahwa memandikan mayat itu paling sedikit adalah menyiram air satu kali yang dapat merata keseluruh badannya. Sedangkan yang sempurna adalah sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab yang panjang lebar keterangannya.
Mengkafani Mayat Laki-laki
وَيُكْفَنُ الْمَيِّتُ ذَكَراً كَانَ أَوْ أُنْثَى بَالِغاً كَانَ أَوْ لَا (فِيْ ثَلَاثَةِ أَثْوَابٍ بِيْضٍ) وَتَكُوْنُ كُلُّهَا لَفَائِفَ مُتَسَاوِيَّةً طُوْلاً وَعَرْضاً تَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدَةٍ مِنْهَا جَمِيْعَ الْبَدَنِ (لَيْسَ فِيْهَا قَمِيْصٌ وَلَا عَمَامَةٌ) وَإِنْ كُفِنَ الذَّكَرُ فِيْ خَمْسَةٍ فَهِيَ الثَّلَاثَةُ الْمَذْكُوْرَةُ وَقَمِيْصٌ وَعَمَامَةٌ
Dan supaya mayat itu dibungkus dengan 3 lapis kain putih. Baik mayat laki-laki atau perempuan, sudah baligh atau belum baligh. 3 lapis tersebut masing-masing panjang dan lebarnya sama sekira dapat dipergunakan untuk melengkap seluruh badannya mayat. 3 lapis itu tadi tidak termasuk baju kurung dan surban.
Jika menghendaki mayat laki-laki dibungkus 5 lapis, maka 3 lapis kain putih sebagai yang tersebut di atas itu, kemudian ditambah baju kurung dan surban.
Mengkafani Mayat Perempuan
أَوْ الْمَرْأَةُ فِيْ خَمْسَةٍ فَهِيَ إِزَارٌ وَخِمَارٌ وَقَمِيْصٌ وَلِفَافَتَانِ، وَأَقَلُّ الْكُفْنِ ثَوْبٌ وَاحِدٌ يَسْتُرُ عَوْرَةَ الْمَيِّتِ عَلَى الْأَصَحِّ فِيْ الرَّوْضَةِ وَشَرْحِ الْمُهَذَّبِ، وَيَخْتَلِفُ بِذُكُوْرَةِ الْمَيِّتِ وَأُنُوْثَتِهِ، وَيَكُوْنُ الْكُفْنُ مِنْ جِنْسٍ مَا يَلْبَسُهُ الشَّخْصُ فِيْ حَيَاتِهِ
Atau mayat perempuan yang dibungkus 5 lapis, maka perinciannya sebagai berikut :
- 1 kain yang biasa dipakai rangkapan di waktu shalat.
- 1 kain tutup kepala di waktu oshalat.
- 1 kain baju kurung.
- 2 lapis kain putih.
Paling sedikit, mengkafani (membungkus) mayat perempuan ialah 1 lapis kain putih yang dapat menutupi auratnya. Demikian menurut pendapat yang lebih shaheh yang tersebut di dalam kitab Raudhah dan syarah kitab Muhadzdzab.
Dan berbeda kadar kain kafan yang disebabkan karena mayat itu laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu maka kain kafan tersebut adalah terdiri dari jenis kain yang dipakai seseorang dalam hidup sehari-harinya.
Demikian Uraian kami tentang: Hal Berkaitan Dengan Mayat : Ada Empat Perkara Yang Wajib – Semoga bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Abaikan saja uraian kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab.