Keutamaan Shalat Isyraq : Pengertian, Perbedaan, Dasar & Status – In Syaa Allah kesempatan kali ini Fiqih.co.id akan menguraikan tentang Keutamaan Shalat Issyraq. Adapun Pengertian, Perbedaan, Dasar dan Statusnya akan kami terangkan di bawah ini.
Daftar Isi
Keutamaan Shalat Isyraq : Pengertian, Perbedaan, Dasar & Status
Bagi kita yang akan mengerjakan Shalt Isyraq, akan lebih termotivasi bila mengetahui ketamaanya. Maka oleh karenanya mari kita simak saja penjelasannya yang kami sampaikan secara ringkas.
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan ke hadhirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga shalawat dan salam-Nya tetap tercurah ka haribaan nabi agung Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Pembaca yang kami banggakan dalam pembahasan keutamaan Shalat Isyraq secara ringkas pembahasannya adalah sebagai berikut:
Pengertian Shalat Isyraq
Mengenai pengertian isyraq, Dalam Al-quran Allah berfiraman
إِنَّا سَخَّرْنَا الْجِبَالَ مَعَهُ يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِشْرَاقِ
Artinya: “Sungguh kami telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Nabi Daud) pada waktu petang dan pagi”. (QS. Shad : 18)
Shalat Isyraq yang dikerjakan setelah terbitnya matahari barangkali bagi kita masih asing mendengarnya bila dibandingkan shalat Dhuha yang memang dikerjakannya juga pada waktu yang sama. Namun yang menjadi masalah, apakah ada perbedaannya antara Dhuha dan Isyroq?. Atau memang keduanya itu sama saja?.
Perbedaan Shalat Dhuha dan Shalat Isyraq
Memang ada perbedaan pendapat mengenai shalat dhuha dan shalat isyraq.
- Pendapat yang pertama merupakan pendapat dari banyaknya para ‘ualama, bahwa shalat dhuha dan isyraq itu sama saja. Permasalahannya sama-sama dikerjakan setelah mata hari terbit ukuran satu tombak, sebagaiman shalat dhuha, hanyasaja untuk membedakannya ialah pada roka’atnya. Jadi untuk Shalat Isyroq dikerjakan hanya dua roka’at. Kalau mengerjakan shalat dhuha itu paling tidak dua roka’at, dan paling banyak maka bisa sampai dua belas roka’at. Bahkan ada dalam keterangan lain bahwa roka’at shoalat dhuha tidak ada bterbatas. Wallahu ‘alam.
- Pendapat kedua merupakan pendapat sebagian kecil para ‘ulama, pendapat kedua ini juga bisa diikuti, akan tetapi lebih amannya dari perbedaan tyersebut bagi kami lebih mengikuti pendapat pertama.
Dasar Pendapat Shalat Isyraq
Alasan Dasar Pendapat kedua adalah sebagai berikut:. Shalat Isyroq ialah shalat yang dikerjakan sesudah terbitnya matahari sebagimana hadits riwayat Turmudzi:
كَانَ إِذَا أَشْرَقَتْ وَارْتَفَعْتْ قَامَ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَإِذَا انْبَسَطَتِ الشَّمْسُ وَكَانَتْ فِيْ رُبْعِ النَّهَارِ مِنْ جَانِبِ الْمَشْرِقِ صَلَّى أَرْبَعًا
Artinya: “Rasulullah SAW berdiri untuk shalat dua roka’at ketika matahari terbit dan ketika matahari mulai menjulang tinggi dari arah timur, yaitu saat seperempat siang, Rasulullah SAW kembali melakukan shalat empat roka’at” (HR. Turmudzi)
Dalam hal ini kami menggaris bawahi pada makna “ketika matahari terbit dan ketika matahari mulai menjulang tinggi dari arah timur” pada redaksi tersebut menurut pemahaman kami ya kurang lebih matahari sekira satu tombak atau paling tidak setengah tombak. Namun kami juga sangat menghargai pendapat yang lain.
Keterangan Imam Ghozali Dalam Ihya
Dan kami nuqilkan keterangan Imam Ghozali dari Kitab Ihya sebagai berikut:
فَقَدْ رَوَى عَلِيٌّ رضي الله عنه أَنَّهُ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُصَلِّي الضُّحَى سِتًّا فِيْ وَقْتَيْنِ إِذَا أَشْرَقَتِ الشَّمْسُ وَارْتَفَعَتْ قَامَ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ أَوَّلُ الْوَرِدِ الثَّانِيْ مِنْ أَوْرَادِ النَهَارِ كَمَا سَيَأْتِيْ، وَإِذَا انْبَسَطَتِ الشَّمْسُ وَكَانَتْ فِيْ رُبْعِ السَّمَاءِ مِنْ جَانِبِ الشُّرُقِ صَلَّى أَرْبَعًا، حَدِيْثٌ كَانَ إِذَا أَشْرَقَتْ وَارْتَفَعَتْ قَامَ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَإِذَا انْبَسَطَتِ الشَّمْسُ وَكَانَتْ فِيْ رُبْعِ النَّهَارِ مِنْ جَانِبِ الْمَشْرِقِ صَلَّى أَرْبَعًا أَخْرَجَهُ التُّرْمُذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيْثِ عَلِي
Artinya: Ali r.a. telah Meriwayatkan bahwasanya beliau Shollahu ‘alaihi wa sallam, shalat Dhuha enam reka’at pada dua waktu; yaitu ketika matahari bersinar dan meninggi maka beliau berdiri dan shalat dua roka’at, dan itu adalah wirid yang pertama dari yang kedua dari wirid-wirid siang sebagaimana yang akan datang. Apabila matahari terbentang dan berada di perempat langit dari sebelah timur maka beliau shalat empat reka’at. HR Tirmidzi, Nasa-I dan Ibnu Majjah dari hadits Ali.
Yang pertama itu apabila matahari meninggi sekitar setengah tombak. Dan yang kedua adalah apabila telah lewat seperempat siang sebanding dengan shalat ‘asar. Maka bersisa dari siang itu seperempatnya. Sedangkan Dzuhur itu pada pertengahan. Dan Dhuha itu pada pertengahan waktu antara terbit mata hari sumpai tergelincir sebagaimana Ashar itu pada pertengahan antara tergelincir matahari sampa terbenamanya.Ini adalah seutama-utama waktu dari waktu Meningginya mata hari sampai apa yang sebelum tergetincirnya matahari, yaitu waktu Dhuha secara global.
Status Shalat Isyroq
Jadi dalam menstatuskan shalat Isyraq apakah ia merupakan shalat yang sama dengan shalat Dhuha? maka dalam hal ini para ulama berbeda pendapat. Menurut Iamam Al-Ghazali shalat Isyraq berbeda dengan shalat Dhuha, artinya shalat Isyraq itu adalah shalat sunah yang tersendiri tidak sama dengan shalat Dhuha. Namun menurut pendapat yang lain sebagiamana yang sudah kami uraikan di muaka dan diantaranya seperti menurut Imam Hakim dalam kitab Al-Mustadrak, shalat Isyraq dan shalat Dhuha itu sama, dalam artian shalat yang sama berdasarkan hadits yang menyebutkan bahwa shalat pada waktu Isyraq disebut juga dengan shalat awwabin.
Keutamaan Shalat Isyroq
Keutamaannya menunaikan Shalat Isyroq ialah sebagaimana keterangan dalam hadits sebagai berikut:.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Artinya: Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh berjamaah, lalu dia duduk berdzikir sampai matahari terbit, kemudian mengerjakan shalat 2 roka’at, maka ia akan mendapatkan pahala haji dan umrah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, “sempurna, sempurna, sempurna (pahalanya).” (HR. At-Tirmidzi II/481 no.586)
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ:”مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُه
Artinya: Dari Abu Umamah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh di masjid secara berjamaah, lalu dia tetap berada di dalam masjid sampai melaksanakan shalat sunnah (di waktu) Dhuha, maka amalannya itu seperti pahala orang yang menunaikan ibadah haji atau umroh secara sempurna.” (HR. Thobroni VIII/154 no.7663).
Demikian ulasan tentang Keutamaan Shalat Isyraq : Pengertian, Perbedaan, Dasar & Status – Semoga bermanfaat bagi yang mau mengamalkannya. Mohon Abaikan saja uraian kami ini, jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab.