Mabit di Mina, Setelah Muzdalifah Lalu Lontar Jumroh 3 Marama – Adalah wajib haji yang harus dikerjakan oleh masing-masing jamaah. Assalaamu ’alaikum wa rohmatullahi wa barokaatuh. Dhuyfur Rahman Para Tamu Allah yang dirahmati Allah ‘azza wa jalla. Pada halam ini fiqih.co.id akan menuliskan Materi mengenai Mabit dan Lontar Jamarot.
Dalam Rangkaian ibadah haji yang sudah kita baca pada materi sebelumnya. Adapun Mabit dan Lontar adalh wajib haji.
Pada Materi ini kami sampaikan penjelasan secara singkatnya mengutip dari fiqih haji. Isi materi pada halaman ini khusus mengenai Mabit dan Lontar. Adapun penjelasan singkatnya silahkan jamaah baca di bawah ini.
Daftar Isi
Mabit di Mina, Setelah Muzdalifah Lalu Lontar Jumroh 3 Marama
Mabit di Mina. Nginap di Mina tersebut adalah wajib yang dikerjakan setelah jamaah mabit di Muzdalifah.
Jamaah haji baik khusus maupun reguler ketika bertolak dari Arafa ba’damgarib maka jamaah akan dibawa ke Muzdalifah. Dan setibanya di Muzdalifah semua jamaah wajib nginap di wilayah Muzdalifah.
Dan setelah lewat malam semua jamaah mulai dibawa ke perkemahan Mina. Sampai di Mina mereak istirahat dan masih mengnakan kain ihram. Dan pada kondoisi sperti itu jamaah masih haram melakukan segala larangan haji karena belum tahalul.
Mabit di Mina
Nginap di mina ini setidak tidaknya mesti dua malam. Dan paling lama adalah tiga malam. Ada pekerjaan waji di wilyah tersebit pad hari tanggal 10 dzul hijjah sampai dengan tanggal 13 dzul hijjah.
Diterang dalam fiqih haji sebagai berikut;
وَقَوْلُ الشَّيْخِ [وَرَمْيُ الْجِمَارِ ثَلَاثًا] أَيْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَعْنِي غَيْرَ جُمْرَةِ الْعَقَبَةِ. وَهِيَ الَّتِيْ تَرْمِيْ يَوْمَ النَّحَرِ يَعْنِي يَوْمَ الْعِيْدِ وَيَرْمِيْ إِلَيْهَا سَبْعَ حَصِيَاتٍ فَقَطْ : فَإِنْ أَرَادَ أَنْ يَتَعَجَّلَ سَقَطَ عَنْهُ رَمْيُ اليَّوْمِ الثَّالِثِ مِنْ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ فَيَبْقَى ثَلَاثٌ يَرْمِيْ جُمْرَةَ الْعَقَبَةَ
Kata-kata Syekh Penyusun Fiqih haji; Melempar Jamrah-jamrah itu tiga kali’. Yakni selain Jamrah ‘Aqab.ah. Jamrah yang dilempar khusus pada malam hari Nahar atau malam Hari Raya Kurban.
Orang yang haji hendaknya melempar Jamrah ‘Aqabah ini dengan tujuh batu. Jika ingin bercepat-cepat, maka kewajiban melempar pada hari ketiga dan hari-hari Tasyriq itu boleh menjadi gugur. Jadi masih ada tiga hari lagi dengan mengikut sertakan Jamrah Aqabah (yang dilempar khusus pada malam Hari Raya).
Apabila jamaah telah mengerjakan lontar jumratul ‘aqabah pada hari tanggal 10 dzulhijjah maka ia boleh tahalu awal dengan mengguting atau mencukur rambutnya.
Mabit di Mina Pada Hari Tasyriq
Pada 3 hari Tsyriq di Mina masi berminap atau juga boleh pada dua hari tasyriq berminap di Miana. Dan pada hari hari tersebut jamaah masih punya pekerjaan wajib yaitu melontar jamratul ula, wstha dan ‘aqabah.
Dalam fan Fiqih haji diterangkan sebagai berikut;
ثُمَّ الْيَوْمِ الْأَوَّلِ مِنْ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ يُسَمَّى يَوْمَ الْقَرِّ لِأَنَّهُمْ يَقِرُّوْنَ فِيْهِ بِمِنَى، وَالْيَوْمُ الثَّانِي النَّفَرُ الْأَوَّلُ، وَالثَّالِثُ النَّفَرُ الثَّانِيْ وَهِيَ أَيَّامُ الرَّمْيِ، ثُمَّ عَدَدُ حَصِيٍّ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ إِحْدَى وَعِشْرُوْنَ حَصَاةً. لِكُلِّ جَمْرَةٍ سَبْعُ حَصَاتٍ
Kemudian, hari pertama dan hari-hari Tasyriq dinamakan Yaumul Qarri. Sebab pada hari tersebut para muslimin menetap di Mina. Hari Tasyriq yang kedua dinamakan Nafar Awwal Sedangkan hari yang ketiga dinamakan Nafar Tsani. Hari Tasyriq ialah hari melempar Jamrah. Banyaknya bilangan batu setiap harinya adalah sebanyak dua puluh satu. Untuk setiap satu jamrah tujuh batu (kerikil).
وَيُشْتَرَطُ فِيْ رَمْيِ الْجَمَرَاتِ التَّرْتِيْبُ فِيْهِنَّ بِأَنْ يَرْمِيَ أَوَّلًا الْجُمْرَةَ الَّتِيْ تَلِي الْمَسْجِدَ الْخَيْفِ ثُمَّ الْوُسْطَى ثُمَّ جُمْرَةَ الْعَقَبَةِ وَهِيَ الْأَخِيْرَةُ وَلَا يُعْتَدُّ بِرَمْيِ الثَّانِيَةِ قَبْلَ الْأُوْلَى وَأَعَادَ رَمْيَ الْجَمْرَةِ الثَّالِثَةِ قَبْلَ الْأَوَّلَيَيْنِ وَلَوْ تَرَكَ حَصَاةً وَلَمْ يَدْرِ مِنْ أَيِّهَا مِنَ الثَّلَاثَةِ جَعَلَهَا مِنَ الْأُوْلَى وَأَعَادَ رَمْيَ الْجَمْرَةِ الثَّانِيَةِ وَالثَّالِثَةِ، هَذَا مَا يَتَعَلَّقُ بِالْجَمَرَاتِ
Dan di dalam melempar Jamrah, disyaratkan hendak berurutan. Yakni yang mula-mula dilempar ialah Jamrah yang ada di dekat Masjid Khaif, (Jamrah Ulaa). kemudian Jamrah Wustha, dan yang terakhir Jamrah ‘Aqabah.
Melempar Jamrah yang kedua tidak dianggap sah sebelum melempar Jamrah yang pertama; dan melempar Jamrah yang ketiga (Jamrah ‘Aqabah) tidak dianggap sah sebelum melempar Jamrah yang kedua dan yang pertama.
Andaikata orang itu meninggalkan satu kerikil, dan dia tidak tahu untuk Jamrah yang ke berapa kerikil tersebut, maka hendaknya dijadikan untuk Jamrah yang pertama, kemudian hendaklah mengulangi melempar lagi Jamrah yang kedua dan yang ketiga. ini semua adalah masalah yang ada hubungan dengan Jamrah.
Maka selanjutnya pembaca jangan ketinggalan baca lagipada link yang ini; Melempar Jumrah
Pentup
Para pembaca yang dirahmati Allah semoga menjadi haji mabrur dan mabrurah Aamiin. Untuk lebih terangnya lagi mengenai permasalah Mabit di Mizdalifa, Mabit di Mina dan lontar jamarot, Sebaiknya jamaah harus banyak bertanya kepada pemateri saat ngikuti bimbingan manasik.
Materi yang kami berikan ini sangat singkat dan kurang meberikan pembekalan kepada calon jamaah haji.
Maka kami fiqih.co.id tetap menyarankan kepada semua jamaah calon haji kiranya tetap semangat mengikuti manasik haji yang dibimbing oleh para pembimbing haji profesional bersertifikat. Dan bertanyalah kepada ahli fiqih di bidang haji agar tidak salah memahami.
Demikian ringkasan materi yang dapat kami sampaikan mengenai; Mabit di Mina, Setelah Muzdalifah Lalu Lontar Jumroh 3 Marama – mudah mudahan materi ini sedikit bisa membantu. Mohon bagi jamaah yang kurang sependapat dengan materi ini kiranya untuk diabaikan saja. Kami menuliskan materi ini hanya menyiapkan saudara kami yang memang benar benar memerlukan. Materi ini juga bisa dijdaikan sebagai bahan Pemateri Manasik haji bagian fiqih haji. Terimakasih atas kinjungannya. Wallahul muwaffiq ila aqwamith thoriq.