Macam-macam talak, Yakni Cerainya Orang Merdeka, Hamba Dan Sebagainya – Fasal ini kita semestinya mengerti dan memahaminya. fiqih.co.id akan menerangkan menganai hal tersebut dengan mengutip dari fathul qarib.
Dan dalam uraian kali ini juga kami tidak mengutip dari kitab fiqih yang lainnya. Untuk dapat segera difahami maka langsung saja kita ke materi poko sebagai berikut.
Daftar Isi
Macam-macam talak, Cerainya Orang Merdeka, Hamba Dan Sebagainya
Dalam perihal Hukum Cerainya Orang merdeka, hamba sahaya dan yang lainya kita akan tulis saja meteri pokoknya mengutip seseui aslinya dari kitab kecil yang bernama Fathul qorib.
Dalam pada ini kita masih membicaraka seputar masalah hkum talak. Tetapi pada fasal ini fookus akan menerangkan hukum cerainya al-hurri wal ‘abdi wa ghoirihi, berikut ini teksnaya.
Macam-macam talak
Macam-macam talak yang kami maksudkan di sini ialah cerainya orang merdeka dan hamba sahaya, sebagaimana tertulis dalam fasalnya seperti berikut;
فصل): فِيْ حُكْمِ طَّلَاقِ الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَغَيْرِ ذَلِكَ (وَيَمْلِكُ) الزَّوْجُ (الْحُرُّ) عَلَى زَوْجَتِهِ وَلَوْ كَانَتْ أَمَةً (ثَلَاثَ تَطْلِيْقَاتٍ وَ) يَمْلِكُ (الْعَبْدُ) عَلَيْهَا (تَطْلِيْقَتَيْنِ) فَقَطْ حُرَّةً كَانَتْ الزَّوْجَةُ أَوْ أَمَةً
Pasal: Menerangkan tentang hukum Talaknya orang merdeka budak dan lain sebagainya. Bagi suami yang merdeka memiliki Talak tiga atas isterinya, meskipun ia perempuan Amat, Sedangkan budak memiliki Talak dua atas isterinya, baik ia perempuan merdeka atau Amat.
Budak Muba’adh dan Mukatab
Mengebnai Hamba Muba’adh, Mukatab dan budak Mudabbar itu sama seperti hamba shaya sempurna.
وَالْمُبَعَضُ وَالْمُكَاتَبُ وَالْمُدَبَّرُ كَالْعَبْدِ الْقِنِّ (وَيَصِحُ الْاِسْتِثْنَاءُ فِيْ الطَّلَاقِ إِذَا وَصَلَهُ بِهِ) أَيْ وَصَلَ الزَّوْجُ لَفْظَ الْمُسْتَثْنَى بِالْمُسْتَثْنَى مِنْهُ اِتِّصَالاً عُرْفِياً بِأَنْ يُعَدَّا فِيْ الْعُرْفِ كَلَاماً وَاحِداً
Budak Muba’adl, Mukatab dan Mudabbar adalah seperti hamba yang sempurna. Dan sah, hukumnya mengecualikan di dalam Talak, ketika sang suami telah mempertemukan pengecualiannya dengan yang dikecualikan secara bersambung menurut kebiasaan yang berlaku, yaitu sekiranya hal yang mengecualikan dan yang dikecualikan tersebut berbentuk satu bahasa dalam kalangan orang banyak (uruf)
Niat adalah Syarat
Adanya niat itu adalah syarat sperti ditrangkan:
وَيُشْتَرَطُ أَيْضاً أَنْ يَنْوِيَ الْاِسْتِثْنَاءُ قَبْلَ فِرَاغِ الْيَمِيْنِ، وَلَا يَكْفِي التَّلَفُّظُ بِهِ مِنْ غَيْرِ نِيَّةِ الْاِسْتِثْنَاءِ، وَيُشْتَرَطُ أَيْضاً عَدَمُ اسْتِغْرَاقِ الْمُسْتَثْنَى مِنْهُ، فَإِنْ اِسْتَغْرَقَهُ كَأَنْتِ طَالِقٌ ثَلَاثاً إِلَّا ثَلَاثاً بَطَلَ الْاِسْتِثْنَاءُ
Disyaratkan juga adanya niat mengecualikan sebelum kata-kata Talak itu selesai. Dan tidaklah cukup mengucapkan pengecualiannya dengan tanpa niat mengecualikan.
Dan disyaratkan pula agar tidak menghabiskan ucapan yang dikecualikan, karena itu bila menghabiskannya, seperti ucapan : “Engkau adalah orang tertalak tiga kecuali tiga” maka pengecualian (seperti ini, pen.) batal hukumnya.
Ta’liq Talaq Itu Sah
Menggantungka seghat cerai itu dibolehkan sperti diterangkan;
وَيَصِحُّ تَعْلِيْقُهُ) أَيْ الطَّلَاقِ (بِالصِّفَةِ وَالشَّرْطِ) كَإِنْ دَخَلْتِ الدَّارَ فَأَنْتِ طَالِقٌ، فَتُطْلَقُ إِذَا دَخَلَتْ (وَ) الطَّلَاقُ لَا يَقَعُ إِلَّا عَلَى زَوْجَةٍ وَحِيْنَئِذٍ (لَا يَقَعُ الطَّلَاقُ قَبْلَ النِّكَاحِ) فَلَا يَصِحُّ طَلَاقُ الْأَجْنَبِيَّةُ تَنْجِيْزاً كَقَوْلِهِ لَهَا طَلَّقْتُكِ، وَلَا تَعْلِيْقاً كَقَوْلِهِ لَهَا: إِنْ تَزَوَّجْتُكِ فَأَنْتِ طَالِقٌ أَوْ إِنْ تَزَوَّجْتُ فُلَانَةً فَهِيَ طَالِقٌ
Penggantungan Talak (Takliqut Talak) adalah diperbolehkan dengan sifat dan syarat, seperti ucapan: “Jika Engkau masuk rumah maka engkau adalah perempuan yang tertalak”, maka jatuhlah Talak ketika sang perempuan (isteri) itu memasuki rumah.
Talak itu tidak akan jatuh kecuali kepada sang isteri, dan ketika itu, maka Talak tidak akan terjadi sebelum nikah. Tidak sah hukumnya menalak perernpuan lain karena melestarikan, seperti ucapan orang laki-laki kepada ajnabiyah (perempuan lain). “Aku mentalakmu”.
Dan tidak sah hukumnya Talak dengan menggantungkan, seperti ucapan orang laki-laki ” kepada orang perempuan: “Jika aku mengawinmu, maka tertalaklah kamu”, atau “Jika aku mengawin Fulanah, maka ia tertalak”.
Yang Tidak Dapat Jatuh Talak
وَأَرْبَعُ لَا يَقَعُ طَلَاقُهُمْ الصَّبِيُّ وَالْمَجْنُوْنُ) وَفِيْ مَعْنَاهُ الْمُغْمَى عَلَيْهِ (وَالنّائِمُ وَالْمُكْرَهُ) أَيْ بِغَيْرِ حَقٍّ فَإِنْ كَانَ بِحَقٍّ وَقَعَ وَصُوْرَتُهُ كَمَا قَالَ جَمْعٌ إِكْرَاهُ الْقَاضِيْ لِلْمُوْلِيْ بَعْدَ مُدَّةِ اْلِإيْلَاءِ عَلَى الطَّلَاقِ
Ada empat orang yang tidak dapat jatuh Talaknya, yaitu :
- Anak kecil.
- Orang gila dan yang searti seperti orang ayan.
- Orang yang sedang tidur.
- Orang yang dipaksa tidak semestinya, jika dipaksa menurut semestinya, maka jatuhlah Talak.
Adapun contohnya dipaksa menurut semestinya, sebagaimana pendapat segolongan Ulama yaitu tindakan Qadli (hakim) memaksa orang yang bersumpah ilak sesudah masanya untuk di perintah mentalak.
وَشَرْطُ الْإِكْرَاهِ قَدْرَةُ الْمُكْرِهِ بِكَسْرِ الرَّاءِ عَلَى تَحْقِيْقِ مَا هَدَّدَ بِهِ الْمُكْرَهُ بِفَتْحِهَا بِوِلَايَةٍ، وَتَغَلُّبٍ، وَعَجْزُ الْمُكْرَهِ بِفَتْحِ الرَّاءِ عَنْ دَفْعِ الْمُكْرِهِ بِكَسْرِهَا بِهَرْبٍ مِنْهُ، أَوِ اسْتِغَاثَةٍ بِمَنْ يُخْلِصُهُ وَنَحْوِ ذَلِكَ، وَظَنُّهُ أَنَّهُ إِنِ امْتَنَعَ مِمَّا أُكْرِهَ عَلَيْهِ فَعَلَ مَا خَوَّفَهُ بِهِ
Adapun syarat terjadinya pemaksaan adalah adanya kemampuan pemaksa’ {lafadl Mukrih dengan dibaca kasrah ‘hurup’ Rak-nya) untuk mewujudkan ancaman kepada orang yang dipaksa (lafadl Mukrah dengan dibaca fat-hah hurup Rak-nya) dengan menggunakan tangan kekuasaan, atau sebab kemenangannya.
Ketidak biasaan si terpaksa untuk menolak ancaman pemaksa (lafad Mukrih dengan dibaca kasrah hurup Rak-nya) dengan lari dari padanya atau meminta bantuan dengan orang yang dapat menyelamatkannya atau yang semacam itu, dan pihak yang dipaksa meyakini, bahwa jika hal yang dipaksakan itu ditolak, maka pemaksa pasti berbuat terhadapa yang dia ancamkan.
Hasilnya Pemaksaan
Mengenai Pemaksaan dianggap berhasil sebab ditakut-takuti dengan pukulan dan semisalnya. Hal in dijelaskan sebagai berikut;
وَيَحْصُلُ الْإِكْرَاهُ بِالتَّخْوِيْفِ بِضَرْبٍ شَدِيْدٍ أَوْ حَبْسٍ أَوْ إِتْلَافِ مَالٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ، وَإِذَا ظَهَرَ مِنَ الْمُكْرَهِ بِفَتْحِ الرَّاءِ قَرِيْنَةُ اِخْتِيَارٍ بِأَنْ أَكْرَهَهُ شَخْصٌ عَلَى طَلَاقِ ثَلَاثٍ، فَطَلَّقَ وَاحِدَةً وَقَعَ الطَّلَاقُ، وَإِذَا صَدَرَ تَعْلِيْقُ الطَّلَاقِ بِصِفَةٍ مِنْ مُكَلَّفٍ، وَوُجِدَتْ تِلْكَ الصِّفَةُ فِيْ غَيْرِ تَكْلِيْفِ، فَإِنَّ الطَّلَاقَ الْمُعَلَّقَ بِهَا يَقَعُ بِهَا، وَالسُّكْرَانُ يَنْفُذُ طَلَاقُهُ كَمَا سَبَقَ
Dan akan berhasil suatu pemaksaan dengan pemukulan yang hebat, ditahan, dirusak harta bendanya atau yang sepadan dengan itu.
Ketika telah jelas adanya qarinah dari siterpaksa (lafadl Mukroh dengan dibaca fathah hurup Rak nya ) yaitu sekiranya seseorang memaksa kepada yang terpaksa untuk menjatuhkan Talak tiga, kemudian yang terpaksa itu menjatuhkan Talak satu, maka jatuh lah Talak.
Apabila Takliqut Talak itu keluar dari orang Mukallaf dan telah ditemukan sifat-sifat tersebut pada selain orang Mukallaf, maka Talak yang digantungkan dengan sifat itu tetap terjadi (jatuh). Sedangkan pemabuk kedudukan Talaknya menjadi lestari sebagaimana keterangan terdahul.
Demikian Materi tentang kami ; Macam-macam talak, Yakni Cerainya Orang Merdeka, Hamba Dan Sebagainya – mudah-mudahan saja materi yang sesingkat ini dapat difahami oleh para pembaca. Mohon abaikan saja bila dalam materi tersebut tidak sefaham dengan para pembaca. Terimaksih kami ucapka atas kunjungannya.