Rukun Khutbah Jumat, Ini Yang Wajib Dilaksankan Ketika Berkhutbah – Para Pembaca yang kami banggkan semoga rahmat Alla Ta’ala senantiasa tetap kepada kita semua. Di kesempata ini kami fiqih.co.id in syaa Allah akan menyampaikan tentang Rukun Khutbah Jumat, diman rukun tersebut adalah wajib dikerjakan pada saat berkhutbah.
Daftar Isi
Rukun Khutbah Jumat, Ini Yang Wajib Dilaksankan Ketika Berkhutbah
Dua Khutbah jumat ini merupakan satu materi yang wajib dibacakan oleh Khotib saat berkhutbah. Dan jika khotib tidak membacakan salah satu dari rukun khutbah tersebut, maka tidak sahlah khutbahnya. Dan Apabila khutbahnya ternyata tidak sah, maka jumatannya pun tidak sah yakni batal. Untuk lebih jelasnya yuk ita baca uraian singkatnya di bawah ini.
Rukun Khutbah jumat
Saudaraku semua yang dirahmati Allah, uraian di bawah ini kami mengutip dari Fathul qorib al-mujib. Sebagaiman tertulis dala kitab tersebut sebagai berikut;
وَأَرْكَانُ الْخُطْبَتَيْنِ خَمْسَةٌ: حَمْدُ اللهِ تَعَالَى، ثُمَّ الصَّلَاةُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَلَفْظُهُمَا مُتَعِيِّنٌ، ثُمَّ الْوَصِيَّةُ بِالتَّقْوَى وَلَا يُتَعَيَّنُ لَفْظُهَا عَلَى الصَّحِيْحِ، وَقِرَاءَةُ آيَةٍ فِيْ إِحْدَاهُمَا، وَالدُّعَاءُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فِيْ الْخُطْبَةِ الثَّانِيَّةِ
Adapun rukun-rukunnya khuthbah itu ada 5 (lima) yaitu :
- Membaca Al-hamdulillah.
- Membaca shalawat Nabi. Baik membaca Al-hamdulillah dan shalawat Nabi keduanya lafadznya sudah ditentukan.
- Berwasiyat dengan taqwa kepada Allah. Menurut pendapat yang shaheh, lafadz taqwa kepada Allah ini tidak ditentukan.
- Membaca ayat. Al-Gur’an di dalam salah satu dua khuthbah.
- Membaca doa yang ditujukan kepada segenap orang mukmin laki-laki dan perempuan yang dibaca dalam khuthbah kedua.
Syarat Bagi Khotib Ketika Berkhutbah
Seorang khotib mesti memenuhi semua syarat syaratnya berkutbah. Menurut yang diterangkan dalam salahsatu fiqih pada maszhab syafii sebagaiman ditulis dalam fathul qorib seperti berikut;
وَيُشْتَرَطُ أَنْ يَسْمَعَ الْخَطِيْبُ أَرْكَانَ الْخُطْبَةِ لِأَرْبَعِيْنَ تَنْعَقِدُ بِهِمُ الْجُمْعَةُ، وَيُشْتَرَطُ الْمُوَّالَاةُ بَيْنَ كَلِمَاتِ الْخُطْبَةِ وَبَيْنَ الْخُطْبَتَيْنِ، فَلَوْ فَرَقَ بَيْنَ كَلِمَاتِهَا، وَلَوْ بِعُذْرٍ بَطَلَتْ، وَيُشْتَرَطُ فِيْهَا سَتْرُ الْعَوْرَةِ وَطَهَارَةُ الْحَدَثِ وَالْخُبُثِ فِيْ ثَوْبٍ وَبَدَنٍ وَمَكَانٍ
Artinya; Dan disyaratkan bagi khathib agar mengeraskan suaranya dalam menyampaikan rukun-rukunnya khuthbah kepada 40 orang yang menjadikan shahnya jum ‘atan.
Demikian pula disyaratkan agar sambung menyambung di dalam membaca antara kalimah-kalimah khuthbah dan juga sambung-menyambung antara dua khuthbah.
Seandainya khothib itu berpisah dalam membaca di antara kalimah-kalimah khuthbahnya, meskipun disebabkan karena ada ‘udzur, maka bathallah khuthbahnya.
Juga disyaratkan bagi khothib agar menutupi auratnya, pakaian dan badan serta tempatnya harus suci dari hadats dan najis (kotoran).
Fardunya Jumat
Dalam pelaksanaan jumatan selain dari yang sudah disebutkan pada uraian di atas dan penjelasan ringkas pada materi sebelumnya juga masih ada yang lainnya. Dalam Pelaksanaan jumat itu ada yang disebut fardunya jumat.
Sebagai mana diterangkan ;
مِنْ فَرَائِضِ الْجُمْعَةِ (أَنْ تُصَلِّىَ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ (رَكْعَتَيْنِ فِيْ جَمَاعَةٍ) تَنْعَقِدُ بِهِمُ الْجُمْعَةُ، وَيُشْتَرَطُ وُقُوْعُ هَذِهِ الصَّلَاةُ بَعْدَ الْخُطْبَتَيْنِ بِخِلَافِ صَلَاةِ الْعِيْدِ، فَإِنَّهَا قَبْلَ الْخُطْبَتَيْنِ
Shalat jum’at itu harus dikerjakan dua rakaat dalam suatu jama’ah yang menjadikan shahnya suatu Jum’atan. Dan disyaratkan agar shalat jum’at itu dilakukan sesudah selesai menunaikan dua khuthbah, berbeda dengan shalat dua hari raya, maka shalat ini dikerjakan sebelum menunaikan dua khuthbah.
Jadi dalam madzhab ini menjelaskan bahwa shalat tersebut wajib ditunaikan dua rokaat dengan cara berjamaah oleh orang-orang yang sudah menjadi sahnya berjumatan. Dan tidak boleh ditunaikan sebelum selesai khutbah dua.
Haiatnya Jumat
Pembaca yang kami banggakan, selain itu semua juga ada sunnah haiat dal jumatan tersebut. Dalam bahasa arabnya diterangkan seperti ditearnagkan;
وَهَيْئَاتُهَا، وَسَبَقَ مَعْنَى الْهَيْئَةِ (أَرْبَعُ خِصَالٍ) أَحَدُهَا (الْغُسْلُ) لِمَنْ يُرِيْدُ حُضُوْرَهَا مِنْ ذَكَرِ أَوْ أُنْثَى حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ مُقِيْمٍ أَوْ مُسَافِرٍ، وَوَقْتُ غُسْلِهَا مِنَ الْفَجْرِ الثَّانِيْ وَتَقْرِيْبِهِ مِنْ ذِهَابِهِ أَفْضَلُ، فَإِنْ عَجَزَ عَنْ غُسْلِهَا تَيَمَّمَ بِنِيَّةِ الْغُسْلِ لَهَا (وَ) الثَّانِي (تَنْظِيْفُ الْجَسَدِ) بِإِزَالَةِ الرَّيْحِ الْكَرِيْهِ مِنْهُ كَصَنَانٍ فَيَتَعَاطَى مَا يُزِيْلُهُ مِنْ مِرْتَكٍ وَنَحْوِهِ (وَ) الثَّالِثُ (لُبْسُ الثِّيَابِ الْبِيْضِ) فَإِنَّهَا أَفْضَلُ الثِّيَابِ (وَ) الرَّابِعُ (أَخْذُ الظَّفْرِ) إِنْ طَالَ وَالشَّعْرِ كَذَلِكَ فَيَنْتِفُ إِبْطَهُ، وَيَقُصُّ شَارِبَهُ، وَيَحْلُقُ عَانَتَهُ (وَالتَّطَيُّبُ) بِأَحْسَنِ مَا وُجِدَ مِنْهُ
Haiat Jumat Dalam Bahasa Indonesia
Adapun beberapa sunnah haiatnya jum’at (sudah diterangkan di muka mengenai makna haiat itu ada 4 perkara, yaitu :
- Sunnah mandi bagi orang yang hendak mendatangi shalat jum’at, baik dari orang laki-laki, perempuan merdeka atau budak yang mukim atau juga orang yang bepergian. Sedangkan waktunya mandi itu mulai dari fajar kedua. Dan yang paling dekat mandi jum’at itu adalah di waktu orang akan pergi menunaikan shalat jum’at. Itulah yang lebih baik. Seandainya orang tersebut tidak mampu untuk mandi, maka bertayammumlah dengan niat mandi karena hendak berjum’atan.
- Membersihkan tubuhnya dengan jalan menghilangkan bau yang dibenci orang seperti bau yang tidak enak, maka hendaknya memberi sesuatu yang dapatmenghilangkan bau tersebut.
- Memakai pakaian putih-putih, karena pakai putih-putih itu sebaik-baiknya pakaian.
- Memotong kuku dan rambut yang sudah panjang, demikian juga hendaknya mencabut rambut ketiaknya, menggunting kumisnya dan menyukur rambut yang ada di sekililingalat kelamin.
Sunnah Di Waktu Sedang Berkhutbah
Selain dari sunnah haiat tersebutaka barusanini, juga ada yang tidak kalah penting sunnahnya sebhagaiman diterangkan;
وَيُسْتَحَبُّ الْإِنْصَاتُ) وَهُوَ السُّكُوْتُ مَعَ الْإِصْغَاءِ (فِي وَقْتِ الْخُطْبَةِ) وَيُسْتَثْنَى مِنَ الْإِنْصَاتِ أُمُوْرٌ مَذْكُوْرَةٌ فِيْ الْمُطَوَلَاتِ مِنْهَا إِنْذَارُ أَعْمَى أَنْ يَقَعَ فِيْ بِئْرٍ، وَمَنْ دَبَّ إِلَيْهِ عَقْرَبٌ مَثَلاً
Dan sunnah pula memakai wangi-wangian yang sebaik-baiknya (maksudnya wangi-wangian yang paling harum bahunya). Disunnahkan juga memalingkan kepalanya, yakni yang dimaksudkan ialah diam seraya mendengarkan khuthbah di waktu khothib berkhuthbah. Hal itu terkecuali adanya perkara-perkara sebagaimana yang sudah disebutkan di dalam kitab yang panjang lebar keterangannya, antara lain seperti menakut-nakuti orang buta yang akan jatuh ke dalam sumur, dan adanya kalajengking yang akan merambat padanya.
Dan Bahka dalam Salah satu keterangan disebitkan sebagai berikut;
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ، فَقَدْ لَغَوْت
Apabila kamu berbicara kepada sahabatmu padahal imam sedang berjhutbah pada hari jumat mak diam dan perhatikanlah, maka sungguh kamu sia-sia.
Maksudnya janganlah kita berbicara saat khotb sedang berkhutbah, yang seharusnya kita itu wajib memperhatika isi dari materi khutbahnya, agar jumatan kita tidak sia-sia. Orang yang sia-sia jumatannya maka sama saja dengan tidak punya jumatan.
Demikan materi fiqih tentang; Rukun Khutbah Jumat, Ini Yang Wajib Dilaksankan Ketika Berkhutbah -Semoga bermanfaat untuk kita semua. Abaikan saja materi ini jika pembaca merasa kurang pas. Terimakasih atas kunjungannya, Wallahul Muwaffiq.