Shalat Jamak : (Mengumpulkan Dua Shalat Dalam Satu Waktu) – Pada kesemptan kali ini Fiqih.co.id akan menerangkan Shalat Qashar dan Shalat Jamak. Keterangan ini kami sesuaikan dengan yang tertulis dalam kitab fathul qorib.
Daftar Isi
Shalat Jamak : (Mengumpulkan Dua Shalat Dalam Satu Waktu)
Uraian tentang Menjamak yakni Mengumpulkan Shalat ini kamai sampaikan sesederhana mungkin. Dan Dalam Pemabahsanya kami mengutip dari Ftahul qorib.
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Para Pembaca, Kaum Muslimiin muslimat, dan Para Santri, Rahimakumllah. Dalam pembahasan ini sampaikan tentang Jamak Shalat dan Jamak Qashar. Dan dalam pembahasannya tetap kami sesuaikan dengan aslinya dari Fathul qorib fiqih Madzhab Sayfi’i.
Oleh karena itu barangkali pembaca ada yang tidak sependapat dengan uraian ini, mak kami mohon ma’af. Dan untuk lebih jelsanya mari kita baca bersama uraian berikut ini:
Shalat Jamak
وَيَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ سَفَراً طَوِيْلاً مُبَاحاً (أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ) صَلَاتَيْ (الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ) تَقْدِيْماً وَتَأْخِيْراً وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ (فِيْ وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ وَ) أَنْ يَجْمَعَ (بَيْنَ) صَلَاتَيْ (الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ) تَقْدِيْماً وَتَأْخِيْراً وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ (فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ)
Dan boleh bagi orang yang bepergian jauh dengan tujuan yang diizinkan syara’ untuk mengum pulkan (menjamak) antara dua shalat. Yaitu dzuhur dan ‘Ashar dengan jamak taqdim dan jamak ta’khir yakni di dalam waktu yang ia kehendaki. Juga boleh menjama antara dua shalat Maghrib dan ‘Isyak dengan jamak taqdim dan jamak ta’khir. Yakni dalam waktu yang ia kehendaki.
Pengertian Tentang Jamak
Pengertian Jamak shalat, ialah mengumpulkan dua shalat menjadi satu. Makssudnya adalah dalam satu waktu. Contoh misalnya shalat ‘Ashar dikerjakan di waktu dzuhur sesudah selesai mengerjakan shalat dzuhur. Dan ini dinamakan ”Jamak Taqdim”.
Sedang bila shalat Dzuhur dikerjakan di waktu ‘Ashar, setelah selesai mengerjakan shalat ‘Ashar, maka itu disebut “Jamak Ta’khir”. Adapun niatnya adalah sebagai berikut :
Niat Jamak Taqdim
أُصَلِّي فَرْضَ الْعَصْرِأربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا إِلَي الظُّهْرِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالى اللهُ أَكْبَرُ
Ushali Fardhol-‘ashri Arba’a Roka’atin Majmu’an Iladz-Dzuhri Mustaqbilal qiblati Lillha Ta’ala Allahu Akbar.
Artinya: Saya Niat Shalat Fardhu Ashar Empat Rakaat Dikumpulkan ke Dzuhur Menghadap Qiblat Karena Allah Ta’ala Allhu Akbar.
Untuk Jamak Ta’khir :
اُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِاَرْبَعَ رَكْعَا تٍ مَجْمُوْعًا إِلَى الْعَصْرِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Syarat Jamak Taqdim
وَشُرُوْطُ جَمْعِ التَّقْدِيْمِ ثَلَاثَةٌ: الْأَوَّلُ أَنْ يَبْدَأَ بِالظُّهْرِ قَبْلَ الْعَصْرِ، وَبِالْمَغْرِبِ قَبْلَ الْعِشَاءِ، فَلَوْ عُكِسَ كَأَنْ بَدَأَ بِالْعَصْرِ قَبْلَ الظُّهْرِ مَثَلاً لَمْ يَصِحْ، وَيَعِيْدُهَا بَعْدَهَا إِنْ أَرَادَ الْجَمْعَ.
Adapun syarat-syaratnya jamak taqdim itu ada 3 (tiga) :
Pertama:
Agar memulai shalatnya dengan shalat Dzuhur yang dikerjakan sebelum shalat ‘Ashar. Dan memulai dengan shalat Maghrib yang dikerjakan sebelum shalat ‘Isyak.
Jika orang yang menjamak itu dibalik, misalnya memulai dengan shalat ‘Ashar sebelum mengerjakan shalat Dzuhur, maka tidak shah jamak taqdimnya.
Jika terjadi membalik maka mengulang kembali shalat Asharnya sesudah shalat Dzuhur bila menghendaki menjamak shalat.
Kedua:
وَالثَّانِيْ نِيَّةُ الْجَمْعِ أَوَّلَ الصَّلَاةِ الْأُوْلَى بِأَنْ تُقْتَرَنَ نِيَّةُ الْجَمْعِ بِتَحَرُّمِهَا، فَلَا يَكْفِي تَقْدِيْمُهَا عَلَى التَّحَرُّمِ، وَلَا تَأْخِيْرُهَا عَنِ السَّلَامِ مِنَ الْأُوْلَى، وَتَجُوْزُ فِيْ أَثْنَائِهَا عَلَى الْأَظْهَرِ
Niat menjamak pada permulaan shalat yang pertama. Niat jamak tersebut dibarengkan dengan takbiratul ihram shalat yang pertama tadi.
Tidak boleh mendahului takbiratul ihram, demikian pula mengakhirkannya dari salam shalat yang pertama. Menurut pendapat yang lebih jelas, bahwa niat jamak itu boleh dilakukan di tengah-tengahnya shalat yang pertama.
Ketiga:
وَالثَّالِثُ الْمُوَالَاةُ بَيْنَ الْأُوْلَى وَالثَّانِيَّةِ بِأَنْ لَا يَطُوْلَ الْفَصْلُ بَيْنَهُمَا، فَإِنْ طَالَ عُرْفاً وَلَوْ بِعُذْرٍ كَنَوْمٍ، وَجَبَ تَأْخِيُرُ الصَّلَاةِ الثَّانِيَّةِ إِلَى وَقْتِهَا، وَلَا يَضُرُّ فِي الْمُوَالَاةِ بَيْنَهُمَا فَصْلٌ يَسِيْرٌ عُرْفاً
Bersambung antara shalat pertama dan yang kedua, sekiranya antara kedua nya tidak terlalu lama masa berpisahnya (senggangnya). Jika masa senggangnya itu lama menurut ukuran kebiasaan yang berlaku, meskipun dengan adanya ‘udzur seperti tidur, maka wajib mengakhirkan shalat yang kedua sampai pada waktunya.
Berpisah di dalam masa renggang yang hanya sebentar saja di antara keduanya, menurut pandangan uruf, maka tidak ada pengaruhnya (yakni masih shah kedudukan jamaknya).
Jamak Ta’khir
وَأَمَّا جَمْعُ التَّأْخِيْرِ، فَيَجِبُ فِيْهِ أَنْ يَكُوْنَ بِنِيَّةِ الْجَمْعِ، وَتَكُوْنُ النِّيَّةُ هَذِهِ فِيْ وَقْتِ الْأُوْلَى، وَيَجُوْزُ تَأْخِيْرُهَا إِلَى أَنْ يَبْقَى مِنْ وَقْتِ الْأًوْلَى زَمَنٌ لَوْ اْبْتَدَئَتْ فِيْهِ كَانَتْ أَدَاءً
Wajib dalam menjamak ta’khir untuk niat jamak ta’khir yang terletak di awal waktunya shalat yang pertama.
Boleh mengakhirkan niat jamak ta’khir sampai tetapnya waktu shalat yang pertama. Dan bila shalat yang pertama itu mulai dikerjakan pada waktunya, maka shalat yang pertama tersebut itu bersetatus sebagai shalat ‘ada. (yakni shalat yang dikerjakan pada waktunya).
Jamak Ta’khir Tidak Perlu Tertib
وَلَا يَجِبُ فِيْ جَمْعِ التَّأْخِيْرِ تَرْتِيْبٌ، وَلَا مُوَالَاةٌ وَلَا نِيَّةُ جَمْعٍ عَلَى الصَّحِيْحِ فِيْ الثَّلَاثَةِ
Bagi shalat jamak ta’khir tidak wajib tertib, bersambung dan niat jamak. Demikian menurut pendapat yang shaheh di dalam hal 3 perkara tersebut itu.
Shalat Jamak Pada Waktu Hujan
﯁(وَيَجُوْزُ لِلْحَاضِرِ) أَيْ الْمُقِيْمِ (فِيْ) وَقْتِ (الْمَطَرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا) أَيْ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ لَا فِيْ وَقْتِ الثَّانِيَّةِ بَلْ (فِيْ وَقْتِ الْأُوْلَى مِنْهُمَا) إِنْ بَلَّ الْمَطَرُ أَعْلَى الثَّوْبِ، وَأَسْفَل النَّعْلِ، وَوُجِدَتِ الشُّرُوْطُ السَّابِقَةُ فِيْ جَمْعِ التَّقْدِيْمِ
Bagi orang yang berada di rumah (mukim) pada waktu hujan boleh menjamak di antara dua shalat. Yakni shalat Dzuhur dengan ‘Ashar dan shalat Maghrib dengan ‘Isyak.
Di dalam menjamak shalat tersebut tidak diperbolehkan dikerjakan pada waktunya shalat yang pertama dari dua shalat itu.
Hal ini bila memang air hujan tersebut membasahai pakaian dan di bawahnya alas kaki. Dan sudah diterangkan syarat-syaratnya yang terdahulu itu di dalam jamak taqdim.
Syarat Kebolehannya Jamak Pada Waktu Hujan
وَيُشْتَرَطُ أَيْضاً وُجُوْدُ الْمَطَرُ فِيْ أَوَّلِ الصَّلَاتَيْنِ، وَلَا يَكْفِيْ وُجُوْدُهُ فِيْ أَثْنَاءِ الْأُوْلَى مِنْهُمَا، وَيُشْتَرَطُ أَيْضاً وُجُوْدُهُ عِنْدَ السَّلَامِ مِنَ الْأُوْلَى، سَوَاءٌ اِسْتَمَرَ الْمَطَرُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْ لَا، وَتُخْتَصُّ رُخْصَةُ الْجَمْعِ بِالْمَطَرِ بِالْمُصَلِّي فِيْ جَمَاعَةٍ بِمَسْجِدٍ أَوْ غَيْرِهِ مِنْ مَوَاضِعِ الْجَمَاعَةِ بَعِيْدٍ عُرْفاً، وَيَتَأَذَى الذَاهِبُ لِلْمَسْجِدِ أَوْ غَيْرِهِ مِنْ مَوَاضِعِ الْجَمَاعَةِ بِالْمَطَرِ فِيْ طَرِيْقِهِ
Disyaratkan juga, bahwa adanya hujan tersebut adalah di permulaan dua shalat. Tidak mencukupi (untuk alasan boleh menjamak shalat) adanya hujan di tengah-tengah shalat yang pertama dari dua shalat itu. Disyaratkan lagi, bahwa adanya hujan yang turun itu ketika salam shalat yang pertama, baik hujan tersebut turun secara terus menerus atau tidak.
Keringanan boleh menjamak shalat sebab hujan ditentukan pula bagi orang yang shalat berjamaah di masjid atau lainnya yang berupa tempat-tempat berjamaah. Tempat yang letaknya jauh menurut ukuran yang lazim.
Dan orang yang pergi ke masjid atau tempat-tempat lain yang dipergunakan untuk berjamaah bisa jadi jatuh sakit di jalan sebab hujan tersebut.
Demikian Uraian kami tentang: Shalat Jamak : (Mengumpulkan Dua Shalat Dalam Satu Waktu) – Semoga bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Abaikan saja uraia kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab.