Ta’ziyah : Hukumnya, Mengubur Mayat Dan Menangisinya – Pada kesemptan kali ini Fiqih.co.id akan menerangkan tentang Ta’ziyah. Dalam pada ini kami akan menerangkan terlebih dahulu tentang mengubur Mayat. Dan ini merupakan lanjutan dari materi sebelumnya. Materi sebelum ini adalah: Bacaan Shalat Mayat : Takbir Pertama, Kedua, Ketiga & Keempat mernurut fiqih.
Daftar Isi
Ta’ziyah : Hukumnya, Mengubur Mayat Dan Menangisinya
Terkait dengan perihal tersebut di atas, maka di sini kami aka menjelaskannya sesuai yang kami baca dalam pandangan salahsatu kitab fiqih Syafi’iyah.
Mukodimah
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Para Pembaca, dan Para Santri, yang dirahmati Allah. Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanhu wa Ta’ala. Shalawat teriring Salam semoga tetap tercurah ke haribaan jungjunan kita Nabi Agung Muhammad, SAW.
Pembaca yang kami banggakan, mari kita ikuti saja uraian tentang Ta’ziyah, Mengubur Mayat, Menangisinya Dan Hukum Ta’ziyah.
Uraian ini kami mengutipnya darui kitab Fathul-qorib. Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti pada pasal berikut ini.
Mengubur Mayat
وَيُدْفَنُ) الْمَيِّتُ (فِيْ لَحْدٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ) وَاللَّحْدُ بِفَتْحِ اللَّامِ وَضَمِّهَا وَسُكُوْنِ الْحَاءِ مَا يُحْفَرُ فِيْ أَسْفَلِ جَانِبِ الْقَبْرِ مِنْ جِهَةِ الْقِبْلَةِ قَدْرَ مَا يَسَعُ الْمَيِّتُ وَيَسْتُرُهُ)
Hendaknya Mayat ditanam di dalam cepuri dengan menghadapkan Mayatnya ke arah qiblat. Kata ”Lahdu” dengan dibaca fathah lamnya dan atau dibaca dengan dhommah, haknya disukunkan (mati) itu mempunyai arti sebagai sesuatu benda yang dicangkul (diduduk) sampai bawahnya lambung bagian kuburan dari arah qiblat sekiranya dapat memuat Mayat dan menutupinya.
Menguburkan Mayat Yang Utama
وَالدَّفْنُ فِي اللَّحْدِ أَفْضَلُ مِنَ الدَّفْنِ فِيْ الشَّقِ إِنْ صَلَبَتِ الْأَرْضُ وَالشَّقُّ أَنْ يَحْفَرَ فِيْ وَسْطِ الْقَبْرِ كَالنَّهْرِ، وَيُبْنَي جَانِبَاهُ وَيُوْضَعُ الْمَيِّتُ بَيْنَهُمَا، وَيُسْقَفُ عَلَيْهِ بِلَبَنٍ وَنَحْوِهِ، وَيُوْضَعُ الْمَيِّتُ عِنْدَ مُؤَخِرِ الْقَبْرِ وَفِيْ بَعْضِ النُّسْخِ بَعْدَ مُسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةِ زِيَادَةٌ، وَهِيَ وَيُسَلُ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ سَلاً بِرِفْقٍ لَا بِعَنْفٍ، وَيَقُوْلُ الَّذِيْ يَلْحَدُهُ: بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ. (وَيُضْجَعُ فِيْ الْقَبْرِ بَعْدَ أَنْ يُعَمَّقَ قَامَةً وَبَسْطَةً) وَيَكُوْنُ الْإِضْجَاعُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْمَنِ
Mengubur Mayat di dalam lubang landak itu lebih utama daripada di dalam cepuri, jika memang tanahnya keras. Yang disebut ”cepuri” ialah lubang yang dibuat di tengah-tengah kubur seperti parit, pada kedua sampingnya diberi bangun (semacam dinding) Mayat diletakkan di antara-kedua dinding tersebut.
Pada bagian atas Mayat diberi bata mentah dan yang semacam itu (misalnya papan dari kayu).
Kemudian Mayat diletakkan pada sebelah selatan kuburan. Tersebut dalam sebagian keterangan, bahwa terdapat tambahan perkataan sesudah menghadap qiblat, ”lalu Mayat diangkat (dikeluarkan) dari kereta Mayat ( gendosa, krendo – bhs. Jawa.) dari arah kepalanya dengan pelan-pelan, tidak boleh keras-keras (kasar).
Dan hendaknya orang yang memasukkan Mayat ke dalam luangan itu membaca ”Bismillahi Wa ‘Ala Millati Rasulillahi shollallahu ‘alaihi wa sllam”.
Sesudah kuburan itu didalamkan lobangnya, kira-kira setinggi orang yang berdiri ditambah lambaian tangan, maka Mayat dimasukkan dengan dibaringkan menghadap qiblat dari-arah kanan.
Membongkar Kubur Karena Mayat Tidak Menghadap Qiblat
Bagaimana jika Mengubrkan Mayat tidak dihadapkan kea rah qiblat?.
فَلَوْ دُفِنَ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ أَوْ مُسْتَلْقِياً نُبِشَ وَوُجِّهَ لِلْقِبْلَةِ مَا لَمْ يَتَغَيَّرْ (وَيُسْطَحُ الْقَبْرُ) وَلَا يُسْنَمُ (وَلَا يُبْنَي عَلَيْهِ وَلَا يُجَصَّصُ) أَيْ يُكْرَهُ تَجْصِيْصُهُ بِالْجَصِّ، وَهُوَ النُّوْرَةُ الْمُسَمَّاةِ بِالْجِيْرِ
Seandainya Mayat itu dikubur dengan membelakangi qiblat, maka hendaknya dibongkar lagi dan dihadapkan ke qiblat selama memang keadaan Mayat tersebut belum berobah. Supaya bagian atas kuburan itu dibuat rata jangan dibusakan. Juga tidak boleh dicungkup, dan diplester (semacam dengan semen) yakni dimakruhkan memplester kuburan dengan gamping yaitu kapur yang dinamai jiburan.
Hukum Menagisi Mayat
وَلَا بَأْسَ بِالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ) أَيْ يَجُوْزُ الْبُكَاءُ عَلَيْهِ قَبْلَ الْمَوْتِ وَبَعْدَهُ وَتَرْكُهُ أَوْلَى وَيَكُوْنُ الْبُكَاءُ عَلَيْهِ (مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ) أَيْ رَفَعِ صَوْتٍ بِالنَّدْبِ (وَلَا شَقِّ ثَوْبٍ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسْخِ جَيْبٍ بَدَلَ ثَوْبٍ وَالْجَيْبُ طَوْقُ الْقَمِيْصِ)
Boleh menangisi Mayat sebelum dan sesudah matinya, tetapi tidak menangisi itu lebih utama. Hukum boleh menangisi Mayat tersebut, selama tidak menjerit-jerit yakni mengeraskan suara tangisnya seraya meratapinya. Juga dilarang sambil merobek-robek pakaian menurut sebagian keterangan menggunakan istilah “kolongan baju” sebagai gantinya kata “baju”.
Ta’ziyah
وَيُعَزَّي أَهْلُهُ) أَيْ أَهْلُ الْمَيِّتِ صَغِيْرُهُمْ وَكَبِيْرُهُمْ ذُكُوْرُهُمْ وَأُنْثَاهُمْ إِلَّا الشَّابَّةِ فَلَا يُعَزِّيْهَا إِلَّا مَحَارِمُهَا)
Supaya ditinjau ahli Mayat, baik mereka itu masih kecil, besar, laki-laki dan perempuan kecuali ahli Mayat itu seorang perempuan muda maka tidak boleh meninjaunya kecuali muhramnya.
Hukum Ta’ziyah
وَالتَّعْزِيَّةُ سُنَّةٌ قَبْلَ الدَّفْنِ وَبَعْدَهُ (إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ) بَعْدِ (دَفْنِهِ) إِنْ كَانَ الْمُعَزِّي، وَالْمُعَزَّي حَاضِرَيْنِ فَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمَا غَائِباً اِمْتَدَتْ التَّعْزِيَةُ إِلَى حُضُوْرِهَ
Ta’ziyyah (layat) itu hukumnya sunnah, sebelum Mayat dikebumikan atau sesudahnya sampai 3 hari lamanya dari sesudah dikebumikan, yang demikian ini jika orang yang ta’ziyah dan yang di ta’ziyahi sama-sama hadhir.
Sedang bila salah satu dari keduanya tidak ada di tempat, maka masa ta’ziyah diperpanjang sampai orang yang tidak ada di tempat itu tadi telah datang.
Arti Ta’ziyah
وَالتَّعْزِيَّةُ لُغَةً التَّسْلِيَّةُ لِمَنْ أُصِيْبَ بِمَنْ يُعَزَّى عَلَيْهِ، وَشَرْعاً الْأَمْرُ بِالصَّبْرِ وَالْحَثِّ عَلَيْهِ بِوَعْدِ الْأَجْرِ، وَالدُّعَاءِ لِلْمَيِّتِ بِالْمَغْفِرَةِ، وَلِلْمُصَابِ بِجَبْرِ الْمُصِيْبَةِ، (وَلَا يُدْفَنُ اثْنَانِ فِيْ قَبْرٍ) وَاحِدٍ (إِلَّا لِحَاجَةٍ) كَضَيْقِ الْأَرْضِ وَكَثْرَةِ الْمَوْتَى
Arti ”Ta’ziyah” menurut bahasa ialah “menentramkan” orang yang tertimpa musibah dengan yang dilayat. Sedangkan menurut syara’ ialah perintah sabar dan menghibur (kepada yang tertimpa musibah) dengan janji-janji pahala.
Mendoakan dan Menguburkan
Juga mendo’akan siMayat dengan memohonkan ampun dan menambal musibahnya kepada yang terkena musibah. Tidak boleh mengubur dua Mayat dalam satu kuburan, kecuali bila ada kepentingan tertentu, seperti keadaan bumi kuburan yang sangat sempit atau banyaknya orang yang mati.
Demikian Uraian kami tentang: Ta’ziyah : Hukumnya, Mengubur Mayat Dan Menangisinya – Semoga bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan untuk kita semua. Abaikan saja uraian kami ini jika pembaca tidak sependapat.Terima kasih atas kunjungannya. Wallahu A’lamu bish-showab.